Sudirman Said: Indonesia Hadapi Kesenjangan Ekonomi dan Kohesi Sosial yang Terkoyak
"Para pendiri bangsa kita saat merancang negara ini berfikir sangat strategis. Politik bagi mereka adalah jalan mengabdi, bukan jalan untuk mencuri."
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudirman Said, Ketua Institut Harkat Negeri (IHN) mengatakan, menuju usia 100 tahunnya, Indonesia menghadapi lima tantangan besar. Yaitu, kesenjangan ekonomi, terkoyaknya kohesi sosial, lemahnya penegakan hukum, korupsi yang masif, dan politik yang merusak diri sendiri.
"Kelima masalah fundamental ini menjadi ancaman bagi daya saing global, dan dalam pada akhirnya mengancam kedaulatan negara," sebut Sudirman Said dalam Workshop "Kedaulatan Indonesia, Menyongsong Seabad Kemerdekaan" yang digelar (IHN), Jakarta dengan Pusham Universitas Syiah Kuala di Universitas Syah Kuala, Banda Aceh, sabtu (13/05/2017)
"Energi bangsa sudah cukup lama terkuras pada masalah kekinian, politik prakis yang terlalu fokus pada merebut dan mempertahankan kekuasaan semata. Kita patur khawatir akan arah strategis pengelolaan negara," tegas Sudirman di hadapan para akademisi dan aktivis masyarakat sipil Nangroe Aceh Darussalam.
Workshop ini merupakan tindak lanjut dari seminar & lokakarya bertajuk sejenis yang diselenggarakan di Hotel UC UGM, Yogyakarta beberapa waktu lalu. Lokakarya sejenis akan dilaksanakan di berbagai kota di tanah air, dengan maksud membangun kepedulian atas masalah-masalah strategis kebangsaan.
"Para pendiri bangsa kita pada saat merancang negara ini berfikir sangat strategis. Politik bagi mereka adalah jalan mengabdi, bukan jalan untuk mencuri," ungkapnya.
"Para politisi masa laku adalah orang-orang terdidik, kaum cerdik pandai yang tata nilainya adalah mengabdi, melayani rakyat. Semangat seperti itu yang akhir akhir ini hilang dari panggung politik kita," Sudirman menguraikan.
Dia menilai, saat ini harus ada usaha serius mengembalikan politik pada misi mulianya. Kalangan kampus dan aktivis harus kembali membangkitkan kekuatan masyarakat sipil, sebagai sumber gagasan dan semangat juang yang independen.
"Setiap perubahan selalu didorong oleh para pemikir dan aktivis pergerakan independen, yang gerakannya tidak semata-mata ingin meraih kekuasaan" papar Sudirman.
Mengakhiri paparannya, Sudirman mengingatkan agar elit kita tidak seluruhnya sibuk memikirkan "politik hari ini, dan day to day politic". "Sebagian anggota masyarakat harus ada yang memikirkan bagaimana memperkuat daya saing dan kelangsungan bangsa dalam perspektif jangka panjang", pungkasnya.
Workshop juga menghadirkan narasumber Dr. Nazamuddin, Wakil Rektor IV Unsyiah.
Dia antara lain memaparkan, ketimpangan yang terjadi antara pusat dan daerah juga masih merupakan masalah yang sangat serius.
Otonomi daerah belum mampu mencipatakn kesejahteraan, dan pemerintah pusat masih belum berbesar hati untuk memberikan kewenangan penuh bagi daerah untuk mengatur dirinya, sehingga, sehingga ketimpangan masih terus terjadi.
Workshop ini juga menghadirkan dua narasumber lainnya, Kemal Pasha SH.MH dan Suraiya Kamaruzzaman, yang berbicara tentang keberlanjutan perdamaian di Aceh, serta isu keadilan soasial dan tantangan mewujudkan kelaulatan.
Institut Harkat Negeri (IHN) adalah lembaga kajian, pendidikan, dan penerangan di bidang kepemimpinan.
Lembaga ini didirikan sebagai ikhtiar berkelanjutan untuk menggali, membangun, dan menyebarluaskan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan praktik terbaik kepemimpinan di Indonesia.
Sementara, Pusat Studi HAM (PUSHAM) adalah sebuah pusat studi yang konsen terhadap Penilitian, Kajian dan Pelatihan, terkait dengan HAM, Demokrastisasi dan Good Governance. Pusham adalah salah satu Pusat Studi di lingkungan Universitas Syiah Kuala, Aceh.