Demokrat Minta Pemerintah Jembatani Massa Pro dan Kontra Ahok Melalui Jalan Dialog
Hal itu dikatakan Juru Bicara Demokrat Dede Yusuf setelah berkunjung ke sejumlah daerah yakni Lampung, Lombok, Cirebon dan Bandung.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Warga daerah memberikan perhatian besar terhadap persoalan politik nasional, khususnya pascaPilkada DKI Jakarta. Hal itu dikatakan Juru Bicara Demokrat Dede Yusuf setelah berkunjung ke sejumlah daerah yakni Lampung, Lombok, Cirebon dan Bandung.
"Ada kekhawatiran juga memanasnya politik di Ibukota akan berimbas ke daerah lain, hal ini amat tidak diharapkan karena masyarakat ingin hidup rukun dan tenteram," kata Dede dalam keterangan tertulis, Minggu (14/5/2017).
Dede mengharapkan polarisasi tajam antara komunitas masyarakat di Ibukota hendaknya tidak diduplikasi ke wilayah-wilayah lain yang juga memiliki kemajemukan dalam hal suku atau agama. Ia meminta semua pihak harus menahan diri dan mengedepankan tenggang rasa yaitu menjaga perasaan orang lain dan memposisikan diri seperti orang lain yang bisa terluka perasaannya oleh tindak tanduk kita.
"Eskalasi politik yang meningkat belakangan ini tampak bertalian erat dengan kasus hukum Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sehingga menimbulkan gelombang aksi massa pro dan kontra yang berkelanjutan," kata Dede.
Menurut Dede, situasi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut oleh pemerintah, karena pada kondisi terburuk bisa menimbulkan gesekan sosial.
Ketua Komisi IX DPR itu berharap pemerintah melakukan langkah pro-aktif untuk meredakan ketegangan dengan mengedepankan jalan dialog.
Dede menilai pemerintah tepat mengintensifkan dialog kedua pihak masyarakat yang berseberangan sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia .
"Jangan sampai tindakan represif kepada masyarakat dijadikan sebagai langkah prioritas, saya yakin dialog adalah solusi terbaik. Kita tidak ingin pula masyarakat dibentur-benturkan oleh pihak yang bisa memperkeruh keadaan. Kita tunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia adalah bangsa yang dewasa dalam berdemokrasi," ungkap Dede.
Dede menuturkan Indonesia memiliki pengalaman masa lalu yang cukup gemilang dalam menyelesaikan konflik komunal horizontal di beberapa daerah. Kerukunan masyarakat yang sempat terkoyak bisa dipulihkan berkat adanya pemerintahan yang mampu mempersatukan perbedaan.
"Disinilah peran kepemimpinan nasional sangat dibutuhkan. Sehingga kelompok nasionalis dan santri saling dirangkul satu sama lainnya," kata Dede.