Cyber Bareskrim dengan Interpol dan FBI Lacak Pelaku Serangan Ransomware
Diberitakan, serangan program jahat WannaCry telah mewabah sistem komputer di lebih 150 negara.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri bekerja sama dengan sejumlah pihak untuk penanggulangan dan pelacakan pelaku serangan Ransomware WannaCrypt yang tengah mewabah pada sistem komputer dunia, termasuk di Indonesia.
"Kami juga sudah komunikasi dengan kawan-kawan di FBI, IGCI (Interpol Global for Innovation) Singapura dan NCA (National Crime Agency) United Kingdom untuk kerjasama ungkap pelaku," ungkap Direktur Tipidsiber Bareskrim Polri, Brigjen Fadil Imran, Senin (15/5/2017).
Ini dilakukan menyusul program jahat WannaCry telah menyasar sistem operasi komputer di Indonesia, khususnya RS Dharmais Jakarta dan RS Harapan Kita.
"Kami juga sudah siapkan tim sidik dan tim olah TKP digital forensic," katanya.
Fadil mengatakan, pihaknya telah melakukan beberapa langkah penyelidikan atas adanya serangan WannaCry terhadap sistem komputer RS Dharmais dan RS Harapan Kita.
Di antaranya dengan melakukan pengumpulan informasi dari berbagai pihak.
Selain itu, tim Dittipidsiber Bareskrim Polri juga berkoordinasi dengan pihak yang terkena serangan WannaCry, serta melakukan analisa secara foreksik digital.
"Kami juga melakukan koordinasi dengan komunitas cyber untuk mendapatkan info yang lebih banyak dan mendalam," ujarnya.
Diberitakan, serangan program jahat WannaCry telah mewabah sistem komputer di lebih 150 negara.
Di Indonesia, RS Dharmais dan RS Harapan Kita telah mendapat serangan virus komputer mematikan tersebut.
Akibatnya, sistem komputer di dua rumah sakit tersebut terkunci dan tidak dapat diakses oleh pihak rumah sakit.
Alhasil, pelayanan media di dua ru sakit tersebut terganggu.
Pelaku serangan WannaCry ke kedua rumah sakit itu meminta uang virtual money atau bitcoin senilai Rp4 juta jika ingin diberikan dekripsi untuk membuka akses sistem komputer.
Untuk sementara, pelaku serangan WannaCry ke kedua rumah sakit itu belum teridentifikasi.
"Pelaku kejahatan Cyber secara maksimal pasti akan menghilangkan jejak atau menyamarkan identitas agar tidak mudah diketahui, sehingga seringkali pelaku tersebut menggunakan identitas palsu. Saat ini masih dilakukan lidik oleh polisi," kata Fadil.
"Modus pelaku yang meminta tebusan dengan negosiasi akan diberikan solusi atau jalan keluar atas serangan tersebut, namun dengan mengirimkan virtual money seperti bitcoin," katanya.