Wafatnya KH Mahfudz Ridwan Tinggalkan Duka bagi Banyak Pihak, Termasuk Keuskupan Agung Semarang
Meninggalnya KH Mahfudz Ridwan LC menyisakan duka mendalam bagi banyak pihak, tak terkecuali Keuskupan Agung Semarang.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Meninggalnya Kiai Nahdlatul Ulama (NU) KH Mahfudz Ridwan LC menyisakan duka mendalam bagi banyak pihak, tak terkecuali Keuskupan Agung Semarang.
Pasalnya, sesepuh sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro ini merupakan kiai yang dihormati lantaran ajarannya yang welas asih.
Menurut pengakuan Sari Kumala Ayu, menantu KH Mahfudz Ridwan, mertuanya itu sempat menjalani perawatan di RSUD Salatiga selama 13 hari sebelum akhirnya tutup usia pada Minggu (28/5/2017) siang di usia 76 tahun.
"Benar, abah meninggal di RSUD Salatiga pukul 14.45," kata Ayu kepada KOMPAS.com melalui sambungan telepon, Minggu malam.
"Beliau sudah 13 hari masuk rumah sakit," lanjutnya.
Suasana duka tersebut tampaknya tak hanya dirasakan oleh Keluarga besar NU, tetapi juga umat agama lain.
Pasalnya, Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (HAK KAS) sekaligus pastro Paaroki Ungaran, Romo Aloys Budi Purnomo mengatakan, saat menjelang sakramen Ekaristi Minggu sore, ia menerima kabar duka kepergian Kiai Mahfudz.
Mendengar kabar tersebut, Romo Budi mengajak umat Katolik yang mengikuti ibadah sore itu berdoa bagi Kiai Mahfud.
"Misa sore ini saya persembahkan untuk mendoakan guru, sahabat, dan tokoh bangsa kita, KH Mahfudz Ridwan yang berpulang ke pangkuan Allah tadi siang. Semoga bahagia dalam damai di surga," ungkap Romo Budi mengumumkan kepada umat di awal Ekaristi, sepeti dikutip dari KOMPAS.com.
Usai Misa, Romo Budi juga menyempatkan datang secara langsung mengunjungi keluarga almarhum di Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Minggu Malam.
Bagi Romo Budi, Kiai Mahfudz merupakan sosok yang ramah dan bersahaja.
Setiap tahun, Romo Budi selalu menyempatkan untuk silahturahmi kepada sesepuh NU ini pada hari pertama Idul Fitri.
"Kadang sendiri, kadang bersama rombongan suster dan umat. Kadang juga bersama mendiang Mgr Johannes Pujasumarta dan terakhir pada Lebaran tahun lalu bersama Romo FX, Administrator Diosesan Keuskupan Agung Semarang. Abah sungguh luar biasa rendah hati," kenang Romo Budi.
Di semasa hidupnya, Kiai Mahfudz merupakan bagian dari jajaran Mustasyar atau dewan penasihat bersama kiai lainnya, seperti KH Maemun Zubaer dan KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus).
Pondok Pesantren Edi Mancoro yang terletak di Gedangan, Tuntang, Kabupaten Semarang adalah salaha satu rujukan ajaran Islam Nusantara yang menghormati pluralisme. (TribunWow.com/Maya Nirmala Tyas Lalita)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.