Cerita Salah Seorang Jamaah Tabliq: Meski di Sana Perang, Kami Tetap Berdakwah
16 Warga Negara Indonesia (WNI) yang sempat berada di wilayah konflik Marawi, Filipina, sudah kembali ke tanah air, pada Sabtu (3/6) malam.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 16 Warga Negara Indonesia (WNI) yang sempat berada di wilayah konflik Marawi, Filipina, sudah kembali ke tanah air, pada Sabtu (3/6) malam.
Para WNI yang dipulangkan itu merupakan anggota Jamaah Tabliq yang berpusat di Masjid Raya Kebon Jeruk, Jalan Hayam Wuruk Nomor 83, Kelurahan Maphar, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat.
Mereka singgah di masjid itu sebelum pulang ke kampung halaman masing-masing. 10 orang diantaranya berasal dari Bandung, Jawa Barat. Sedangkan sisanya datang dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Untuk sementara, mereka tinggal di tempat ibadah itu bergabung dengan jamaah masjid lainnya yang datang dari berbagai penjuru daerah. Ratusan jamaah itu beritikaf atau berdiam diri di masjid yang menjadi salah satu tempat tujuan para Jamaah Tabliq dari seluruh dunia.
Mereka menunaikan ibadah shalat dan membaca kitab suci Al-Quran selama mengisi waktu di bulan suci Ramadan ini. Rela meninggalkan keluarga hanya untuk belajar agama Islam. Setelah itu, mereka menyebarluaskan ilmu yang diperoleh kepada orang lain.
Berbagai negara menjadi tujuan, seperti India, Tiongkok, Amerika Serikat, negara-negara di benua Eropa, dan Filipina. Filipina merupakan salah satu tempat tujuan dari 16 WNI yang berada di Marawi.
Pengiriman jamaah ke berbagai tempat di dunia memang rutin dilakukan. Namun, mereka tidak pernah dikirim ke tempat-tempat rawan konflik. Salah satu anggota Jamaah Tabliq,
Abdurrahman, mengatakan penyebarluasan ajaran agama Islam ke berbagai penjuru dunia dilakukan atas inisiatif diri sendiri.
Mereka memenuhi undangan dari masjid-masjid tempat negara tujuan. Selama kegiatan, mereka menanggung biaya sendiri tanpa ada bantuan dari donatur.
"Saya sejak tahun 2000 ikut jamaah tabligh. Saya pernah ke India, Bangkok, dan China. Kami tidak pernah dikirim ke negara konflik kayak macam Suriah dan Afghanistan. Negara yang kami tuju tidak ada yang menolak visa kami," kata Abdurrahman.
Sama halnya dengan Soleh, salah satu Jamaah Tabliq. Dia senang menyebarluaskan agama Islam, karena sudah menjadi kewajiban bagi seorang muslim.
Kegiatan seperti ini sudah dilakukannya selama bertahun-tahun. Meskipun diminta menyebarluaskan agama Islam ke negara konflik, dia akan tetap melakukannya.
"Intinya dakwah, meskipun di sana perang kami tetap berdakwah. Kami (Jamaah Tabliq,-red) tidak ingin pulang karena ini dakwah," tutur Soleh.
Pemerintah masih menggali informasi yang penting dan relevan supaya aparat penegak hukum Indonesia dapat memahami situasi di Marawi. Mereka sempat diminta keterangan di Kantor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta setelah tiba di tanah air, pada Sabtu kemarin.
"Rombongan juga dimintai keterangan kalau-kalau pernah bertemu WNI lain di Marawi yang patut diduga terlibat konflik," ujar Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal.
Setelah dilakukan pemeriksaan, mereka diketahui tidak terlibat aksi teror kelompok radikal Maute yang berafiliasi dengan Islamic State of Irak and Suriah (ISIS). Kegiatan, mereka di Filipina hanya berdakwah.