Kepala LAPAN Prediksi Hari Minggu Lusa Lebaran
Posisi tersebut cukup untuk menentukan, bahwa bulan ramadhan sudah pergi, dan digantikan bulan syawal.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tahun ini hilal, atau bulan sabit penanda masuknya bulan baru sesuai kalender hijriyah, menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), akan cukup mudah dikenali. Karena posisinya di atas 2 derajat dari matahari.
"Posisinya itu sudah di atas dua derajat, cukup mudah untuk dilihat, dan mudah-mudahan tidak banyak perdebatan," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com.
Melihat hilal adalah bagian dari proses rukyah, atau observasi terhadap hilal di langit, untuk menentukan masuknya bulan baru.
Besok, Sabtu (25/6), rencananya rukyah digelar untuk menentukan berakhirnya bulan suci ramadhan, dan datangnya bulan syawal.
Hari pertama bulan syawal, adalah hari raya Idul Fitri,
Hilal yang berbentuk bulan sabit muda itu muncul tak lama setelah matahari tenggelam, dan posisinya dari titik matahari tenggelam menurut Thomas Djamaluddin adalah di atas dua derajat.
Posisi tersebut cukup untuk menentukan, bahwa bulan ramadhan sudah pergi, dan digantikan bulan syawal.
"Kesepaktan antara ormas Islam itu bulan baru di atas dua derajat, jadi kalau benar besok (hilal) di atas dua derajat, mudah-mudahan tidak ada perdebatan lagi, hari Minggu kita lebaran," ujarnya.
Selama ini, terdapat sejumlah perbedaan dalam menentukan hari raya Idul Fitri, adalah ketika posisi hilal berada di bawah 2 derajat.
Thomas Djamaluddin menyebut umumnya Muhammadiyah percaya batas bulan baru bukan 2 derajat, sehingga mereka yakin untuk merayakan Idul Fitri.
Sementra pemerintah dan sejumlah ormas lain, termasuk Nahdlatul Ulama (NU), percaya hilal harus berada di atas 2 derajat.
Pada sidang isbat yang digelar 29 agustus 2011 lalu, di kantor Kementerian Agama (Kemenag), Jakarta Pusat, posisi hilal di bawah dua derajat membuat perdebatan alot, dalam menentukan kapan hari raya Idul Fitri dirayakan.
Umumnya sidang isbat di gelar setelah proses rukyah selesai dilakukan di seluruh titik di Indonesia. Proses rukyah digelar sehari sebelum hari raya Idul Fitri datang.
Pada sidang isbat 2011 lalu, diputuskan bahwa Idul Fitri jatuh pada 31 Agustus, atau dua hari setelahnya.
Saat sidang dilakukan, sebagian masjid sudah memulai acara takbiran, dan masyarakat juga sudah menyiapkan masakan mewah untuk Idul Fitri.
Setelah pengumuman tersebut, sebagian masjid menghentikan acara takbiran mereka, dan kembali menggelar ibadah tarawih.
"Jadi kalau hilal masih dianggap kurang dari yang ditentukan, puasanya digenapkan tiga puluh hari, itu sah. Puasa itu dua puluh sembilan (hari), atau tiga puluh hari," ujarnya.
Sampai tahun 2012, menurut Kepala LAPAN posisi hilal jika dilihat dari Indonesia, berada pada sudut di atas 2 derajat, sehingga hal itu menghilangkan celah untuk peredebatan pada sidang Isbat. Setelah 2021, posisi hilal diprediksi akan berada di bawah 2 derajat.