Dokumen Teroris Hambali Terungkap, Ungkap Sejumlah Target Lokasi Pengeboman Tahun 2003
Langkah ini punya kepentingan yang mendalam bagi Australia, yang kehilangan 88 warganya pada serangan yang menewaskan 202 jiwa.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hampir 15 tahun berlalu, tanpa penjelasan tentang alasannya, Amerika Serikat menjatuhkan tuntutan kepada aktor utama pelaku pengeboman kelab malam di Bali (tahun 2002) dan Hotel Marriott di Jakarta (tahun 2003).
Riduan "Hambali" Isomuddin diduga telah merencanakan pengeboman dan bisa dihukum mati jika tuntutan yang dijatuhkan oleh penuntut perang AS diajukan ke pengadilan.
Langkah ini punya kepentingan yang mendalam bagi Australia, yang kehilangan 88 warganya pada serangan yang menewaskan 202 jiwa.
Berkas tuntutan yang didapatkan ABC News terbilang mengerikan, menjabarkan sejumlah rencana serangan teroris di Australia, Singapura, Indonesia, Filipina dan Thailand.
Itu memperlihatkan kembali betapa terhubungnya jaringan teroris Jemaah Islamiah (JI) di Indonesia dengan sel teror di Timur Tengah.
Didesak bin Laden
Dokumen yang berasal dari penuntut perang di Pentagon menegaskan:
"Hambali yang merupakan anggota penting JI menjadi dekat dengan [Osama] bin Laden dan jaringan Al Qaeda."
Menurut penuntut, langkah pertama Hambali masuk ke kekerasan terorisme terjadi pada 1998, setelah didesak oleh bin Laden.
Kemudian ia membentuk sebuah kelompok anggota JI untuk mengenali target militer AS dan sipil di Singapura.
Kelompok ini pernah merencanakan sejumlah serangan potensial — termasuk mengebom sebuah bis yang mengangkut anggota militer AS, yang dijuluki sebagai "penyerangan terminal bis Singapura", dan menyerang kapal perang AS di Selat Johor.
Pada 2001, sesuai arahan Hambali, dilaksanakan pengintaian fisik atas kedutaan besar AS dan Israel di Filipina.
Kedutaan besar AS, Israel dan Inggris di Singapura juga dianggap sebagai sasaran serangan potensial.
Abu Bakar Baasyir — pimpinan spiritual JI — menyetujui rencana itu dari Solo, Indonesia. Itu terungkap dalam dokumen tuntutan yang setebal 23 halaman.
Serangan ke Australia
Berkas tuntutan juga menggambarkan kesepakatan Hambali dengan Jack Roche, anggota JI dari Australia, berdasarkan pertemuan keduanya di Kuala Lumpur tahun 2000 untuk mendiskusikan target AS dan Israel di Australia.
Hambali juga mendanai perjalanan Roche ke Afghanistan.
Dokumen itu menyebutkan Roche disediakan uang 4.000 dollar AS untuk mengatur pengintaian terhadap konsulat Israel di Sidney dan kedutaan AS dan Israel di Canberra.
Pada tahun 2000, menurut dokumen itu, Hambali memerintahkan serangan ke gereja-gereja di Indonesia pada malam Natal.
Pengeboman itu menewaskan 19 orang dan melukai 121 orang.
Antara September dan November 2001, dokumen itu menyebutkan Hambali memilih empat warga negara Malaysia untuk ikut serta pada serangan bunuh diri pasca 9/11.
Mereka berbicara langsung dengan bin Laden pada pertemuan yang diatur oleh Hambali.
Dokumen itu juga menggambarkan pembicaraan tentang rencana serangan 9/11 yang lain terhadap California.
Antara January 2002 dan Juni 2003, Hambali mengatur pengintaian terhadap loket maskapai El Al di bandara Bangkok "untuk mengetahui berapa banyak orang di dekat loket itu saat jam tersibuk setiap harinya to determine how many people were near the counter at the busiest time of the day, dalam rangka merancang rencana melakukan serangan teror yang menargetkan pelanggan orang Israel".
Target sekolah
Mengenai pengeboman kelab malam tahun 2002 yang mana Hambali menghadapi tujuh tuntutan, dokumen itu menjelaskan ia mau sebuah rencana untuk mengganti serangan ke Singapura dan "ia tidak menyangka begitu banyak orang yang tewas dan ia terkejut dengan hasilnya".
Pada pertengahan Juli 2003, Hambali memerintahkan sekitar 50.000 dollar AS ditransfer dari Thailand ke Indonesia dan pengintaian terhadap beberapa target di Jakarta dimulai.
"Kelompok itu menentukan target potensial untuk diserang: Hotel JW Marriott, gedung Citibank, kompleks perumahan CALTEX, Jakarta International School, Australian International School, pasar swalayan Chem Chex (mungkin yang dimaksud Kem Chicks), dan pasar swalayan Hero," sebut dokumen itu.
Pada Agustus 2003, 11 orang — termasuk 10 warga Indonesia — tewas setelah bom di dalam truk diledakkan di luar Hotel JW Marriott di Jakarta.
Tujuh tuntutan atas Hambali juga berkaitan dengan serangan itu.
Penyiksaan pada interogasi
Pakar terorisme dari Australian National University (ANU) Greg Fealy mengatakan berkas tuntutan itu penting karena menyediakan penjelasan tentang operasi jihad pada awal 2000an.
Hambali telah ditahan di Teluk Guantanamo sejak 2006. Ia ditahan pada 2003, dan dipegang oleh CIA selama tiga tahun.
Ia disiksa secara berat pada tahun-tahun awal, yang menurut Dr Fealy mungkin menjadi bagian dari alasan kenapa tuntutan itu baru terjadi sekarang.
"Ia perlu beberapa tahun untuk pulih secara psikologis, jika tidak secara fisik, dari beragam interogasi yang parah — katakanlah penyiksaan — yang ia tanggung," kata Dr Fealy.
"Satu hal yang jelas: ia subjek interogasi yang sangat keras dan teknik penyiksaan, dan ada beberapa laporan yang menyebutkan ini mengakibatkan ia trauma secara mendalam dalam berbagai tingkatan.
"Sekarang ia telah dituntut yang menunjukkan kondisi mentalnya cukup untuk ia secara sah berdiri menghadapi pengadilan."
Hambali juga tahanan Guantanamo pertama yang dituntut di bawah administrasi Presiden AS Donald Trump.
Mantan presiden Former Barack Obama pernah menginginkan agar penjara militer ini ditutup.