Tak Disangka, Peristiwa Unik Dialami Dalang Tunanetra Ini usai Tampil di Depan Obama
Tak hanya pengalaman tampil di depan Obama, Sardjono juga mendapatkan momen unik bersama Presiden ke-44 Amerika Serikat itu.
Editor: Rendy Sadikin
Menurutnya, wayang kulit memiliki nilai filosofis yang tinggi yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Buat saya ya mudah-mudahan ini bisa memotivasi saudara kita yang sampai hari ini tidak kenal wayang dan cuek dengan wayang dan pedalangan. Menjadi dalang itu multitalent approach karena terdapat seni suara, seni gerak dan seni tari,” kata Sardjono.
Dalang tuna netra pertama
Meski tak mengklaim, Sardjono yang menjadi tuna netra sejak berusia 28 tahun itu, bisa disebut sebagai dalang wayang kulit berkebutuhan khusus pertama di Yogyakarta.
Sebab, pria yang juga pengurus organisasi difabel DI Yogyakarta itu belum menemukan dalang wayang kulit berkebutuhan khusus lainnya.
Dengan kegigihannya pula meski kehilangan indra penglihatannya, Sardjono bisa membuktikan diri menjadi dalang wayang kulit.
Menjadi tuna netra memang bukan hal yang dikehendakinya. Ia harus kehilangan pekerjaan di salah satu hotel karena kekurangan fisiknya tersebut.
Ia pun sempat ditolak menjadi staf pengajar di kampusnya lantaran menyandang status tuna netra.
"Saya menjadi tuna netra awal pada tahun 1979, sedikit demi sedikit jadi tuna netra sampai 1983," kata Sardjono.
Sejak saat itu Sardjono mencari nafkah lewat kesenian. Awalnya, pria kelahiran Gunungkidul ini menjual hasil karyanya seperti lukisan wayang, wayang beber, wayang kulit, dan patung dari tokoh pewayangan sebelum menjadi dalang wayang kulit.
"Sejak usia lima tahun saya sudah kenal dengan kesenian tentang wayang karena di tempat tinggal saya dulu banyak pelaku seni. Selain itu ayah saya dulu juga penggemar wayang kulit," kata Sardjono.
Kesenangannya kepada wayang itu pula yang membuatnya bisa membedakan tokoh wayang kulit ketika tampil di atas panggung.
Baru pada awal 2014, ia memutuskan untuk menjadi dalang. Ia menimba ilmu di sekolah dalang di Keraton Yogyakarta selama tiga tahun.
Kala itu ia menimba ilmu bersama belasan calon dalang dengan kondisi fisik normal. Namun ia bisa lulus dengan memuaskan tanpa kendala berarti.