Puluhan WNI Pendukung ISIS Pulang dari Suriah, Sebagian Diantaranya Ahli Membuat Bom
Kepulangan beberapa warga Indonesia dari Suriah kembali menjadi sorotan setelah pelaku penyerangan anggota polisi di Medan.
Editor: Hasanudin Aco
"Bisa saja di Suriah mereka hanya tukang masak. Bisa saja belum ngapa-ngapain..." ujar Ridwan kepada BBC Indonesia, Rabu (05/07).
Dia pun berkomentar, tidak semua WNI yang bertempur di Suriah itu mendukung ISIS. "Banyak juga dari mereka yang merupakan anggota front anti (presiden) Bashar al-Assad, dan tidak setuju dengan ISIS."
Ridwan mencontohkan Jabhat al-Nusra, sebagai salah satu kelompok yang ikut bertempur di Suriah, "tetapi tidak sejalan dengan ISIS. Putra Abu Jibril, pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia, pernah berjuang untuk mereka."
Menurutnya warga Indonesia yang masuk ke dalam kelompok seperti itu "tidak terlalu mengancam", karena menurut mereka Indonesia bukan negara yang bisa diperangi. "Sementara ISIS menganggap semua negara itu bisa diperangi, termasuk Indonesia."
Dia melihat cukup banyaknya warga Indonesia yang bertempur di Suriah, termasuk untuk kelompok yang tidak mendukung ISIS, karena Suriah sudah dilihat sebagai 'medan jihad'.
"Seolah-olah Suriah itu seperti Afghanistan pada tahun 1990an saat mau dijajah Uni Soviet. Sekarang mereka melawan rezim Bashar al-Assad yang dianggap menindas kelompok Islam Sunni," pungkasnya.
Bukan bahaya, tapi potensi
Lebih jauh lagi, Ridwan menilai yang seharusnya lebih diwaspadai adalah warga Indonesia yang belum berangkat ke Suriah, "tetapi punya semangat dari doktrin ISIS yang diperoleh dari media sosial, misalnya kanal Telegram."
Dia mencontohkan pelaku bom bunuh diri di Kampung Melayu, Rabu (24/05) malam, Ichwan Nurul Salam dan Ahmad Sukri, yang tidak pernah berangkat ke Suriah.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto bahkan mengungkapkan mereka bahkan tidak perlu punya dana besar untuk melakukan aksi bom bunuh diri. Modal untuk membuat bom panci yang digunakan pun bahkan bisa dibilang murah.
"(Panci) ini murah ini. Hanya Rp200.000. Total Rp850.000, sudah bisa buat bom. Logikanya kan ini murah," tutur Setyo, Kamis (22/06).
Ridwan mengklaim WNI yang baru pulang dari Suriah seharusnya berpotensi 'digunakan untuk melawan ISIS'.
"Dari mereka kita tahu fakta bahwa sebenarnya yang terjadi di Suriah; tidak nikmat dan damai, seperti yang diklaim ISIS. Kalau mereka pulang, mereka seharusnya difasilitasi pemerintah Indonesia, misalnya membuat video singkat satu atau menit, tampil di televisi dan radio untuk bicara dan menyatakan bahwa propaganda ISIS itu bohong."
Cara ini dinilai Ridwan efektif "karena mereka pernah ke sana, dibandingkan pernyataan analis yang tak pernah ke sana (Suriah)."
Meskipun begitu, dia mengharapkan setiap WNI yang berasal dari Suriah harus ditelisik terlebih dahulu, apakah mereka masih memiliki ideologi ISIS atau sudah sadar dan kecewa.