Amar Sidik Santri Asal Batam yang Akan Menimba Ilmu Agama di Turki Selama 3 Tahun
"Pengen menyelesaikan hafalan, kemudian pengen belajar (disana) aja gitu, belajar dengan gaya baru,"
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kesempatan mendapatkan beasiswa untuk belajar agama islam di Turki membuat santri Tahfidzul Quran, Amar Sidik (17), senang.
Santri asal Batam tersebut merupakan satu dari 136 santri dan santriwati yang mendapatkan beasiswa dari pemerintah Turki melalui United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI).
Remaja tersebut menuturkan alasan dirinya ingin melanjutkan studinya ke Turki.
Ia ingin menyelesaikan hafalan Al Quran di negara itu.
Tidak hanya itu, remaja berperawakan kurus tersebut juga ingin mendapatkan suasana baru dalam proses pendidikannya.
"Pengen menyelesaikan hafalan, kemudian pengen belajar (disana) aja gitu, belajar dengan gaya baru," jelasnya.
Menurutnya, pengajaran yang akan ia peroleh di Turki, berbeda dengan pengajaran agama yang ia dapatkan di tanah air.
Ia pun merasa sangat antusias untuk 'mondok' di Pesantren yang ada di negara yang memiliki sejarah panjang soal peradaban islam.
"Kalau di Indonesia udah biasa, kalau ini kan pesantrennya dari Turki," katanya.
Ia menilai ada perbedaan antara budaya islam dan cara menghafal Al Quran yang ditampilkan Indonesia dengan Turki.
"Itu beda, dari segi budayanya beda, kemudian cara menghafalnya juga beda," katanya.
Amar nantinya akan 'mondok' di pesantren yang ada di kota Istambul.
Tidak hanya Istambul yang menjadi tujuan para santri.
Ada sejumlah kota yang juga menjadi destinasi pendidikan mereka.
Beberapa diantaranya yakni kota Ankara, Bursa, dan Balikesir.
"Ya kalau saya pribadi (akan melanjutkan studi) di Istambul, beda-beda (dengan santri lainnya), jadi nanti kita ada yang di Istambul, ada yang di Bursa, di Ankara," paparnya.
Lebih lanjut, Amar pun menyebutkan jangka waktu studinya di Istambul selama 3 tahun.
Sementara santri lainnya memiliki jangka waktu berbeda dalam menempuh studi di negara itu.
"(Lama studi saya) 3 tahun, jadi ada yang tiga tahun, ada yang empat tahun, jadi tergantung kebijakannya," katanya.