Kisah Polwan Cantik Tiarap Berjam-jam Mengintai Penyelundupan 1 Ton Sabu-sabu dari China
Menurut Ocha, sapaan akrab Rosana, dia dan anggota Tim Gabungan Satuan Tugas Merah Putih bertolak ke Anyer pada Selasa (11/7) siang.
Editor: Hasanudin Aco
Namun, kata Ocha, ternyata para pelaku memperpanjang masa menginap mereka di salah satu hotel di Anyer.
Para anggota Tim Satgas Merah Putih pun melakukan hal yang sama.
"Akhirnya seharian itu kami full istirahat sambil ngikutin pergerakan mereka. Ternyata mereka enggak ke mana-mana. Cuma makan sama ke Indomaret beli snack terus balik lagi ke kamar," ujar Ocha.
Lalu pada Rabu, sekitar pukul 22.00, Ocha menyebut dia dan rekan-rekannya sudah kembali bersiaga di sekitar dermaga eks Hotel Mandalika.
Ocha dan seorang rekannya kembali bertugas mengawasi langsung gerak-gerik para pelaku.
Menurut Ocha, saat itu tengah bulan purnama dan posisinya mengintai hanya sekitar 30 meter dari mobil para pelaku.
"Jadi saya enggak bisa duduk. Saya harus tiarap selama empat jam di semak-semak nungguin mereka," ucap Ocha.
Ocha berujar pada sekitar pukul 02.00, para pelaku menyalakan lampu sorot ke arah laut.
Lampu itu merupakan sinyal agar kapal yang membawa sabu segera merapat. Saat itulah, Ocha mengaku sempat terkecoh.
Pada awalnya, Ocha mengira kapal yang digunakan adalah kapal jenis speed boat ataupun kapal kayu yang berukuran besar.
"Saya lihat sudah dua jam kok enggak muncul-muncul. Sampai akhirnya ada bunyi kapal, pada saat kelap-kelip lampu ada yang lari bolak balik," ucap Ocha.
Menurut Ocha, kondisi bibir pantai yang curam menyulitkannya untuk melihat langsung ke arah dermaga sehingga mengharuskannya berpindah posisi.
Setelah berpindah posisi itu, Ocha baru bisa melihat kapal yang digunakan untuk mengangkut sabu adalah sampan kecil yang hanya memiliki satu mesin.
"Sampan kayak yang ada di Kalimantan. Yang buat orang jualan. Enggak ada sayapnya," ucap Ocha.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.