Jokowi Soroti 4 Hal dalam Simposium MK di Solo, Salah Satunya Dibilang Diktator
Presiden Joko Widodo berkunjung ke Surakarta alias Solo pada Rabu (9/8/2017).
Editor: Ferdinand Waskita
Mantan Wali Kota Solo itu bahkan menyebut hal yang sama dua kali.
Berkaitan dengan hal tersebut, Jokowi lantas merasa heran jika dirinya disebut sebagai pemerintah yang otoriter.
Ia bahkan mengaku tak habis pikir dengan tuduhan seperti itu.
"Awal-awal kan banyak yang menyampaikan, saya Presiden 'ndeso', Presiden tidak tegas, klemar-klemer," ujar Jokowi seperti dikutip dari Kompas.com.
"Eh begitu kami menegakkan undang-undang, malah balik lagi. Loncat menjadi otoriter, diktator. Yang benar yang mana? Yang klemar-klemer, yang ndeso atau yang diktator dan otoriter?" kata dia.
3. Pengaruh generasi millenial di era pemerintahan sekarang
Masih berkaitan dengan konstitusi, Presiden Jokowi kemudian menjelaskan cara berkonstitusi harusnya ideal dengan perkembangan zaman.
"Tantangan dalam berkonstitusi tidak sepenuhnya mudah," ujar Jokowi.
Di era sekarang misalnya, tantangan berkonstitusi pun menjadi semakin berat dengan adanya generasi millenial.
"Sekarang anak-anak milenial (generasi Y) punya cara pikir berbeda dengan generasi sebelumnya. Tantangannya, bagaimana membuat nilai dan semangat konstitusi dipahami generasi muda," tambahnya seperti dilansir Kompas.com.
4. Peran MK
Untuk itu, dijelaskan Jokowi, MK memiliki peran yang penting dalam mengantisipasi perubahan-perubahan di masyarakat era ini.
Tak cuma di Indonesia, lembaga tersebut juga berperan penting di negara-negara lain.
"Mahkamah Konstitusi menjadi jangkar, menjadi pijar yang menerangi pemahaman sebuah negara. Mahkamah Konstitusi yang menginterpretasikan konstitusi sehingga dapat terus jadi pegangan dan menjadi muara inspirasi bangsa dan negara dalam menjawab tantangan tantangan baru," ujar Jokowi. (tribunwow.com/Dhika Intan)