Bos First Travel Berniat Melarikan Diri dari Jemaah dengan Membentuk Perusahaan Baru
Adanya iming-iming bunga sebesar 10 persen per bulan diduga menjadi salah satu alasan First Travel menanamkan investasinya ke Koperasi Pandawa.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perlahan demi perlahan fakta terkuak dari kasus dugaan penipuan perusahaan perjalanan umrah PT First Anugerah Karya Wisata atau First Travel.
Diketahui First ternyata menginvestasikan sebagian dananya di Koperasi Pandawa.
Koperasi milik seorang tukang bubur bernama Nuryanto tersebut sudah dinyatakan pailit. Nuryanto pun sudah ditetapkan menjadi tersangka.
Kuasa Hukum Koperasi Pandawa dan Nuryanto, M Herdiyan Saksono Z pun membenarkan adanya aliran dana First Travel ke Koperasi Pandawa.
"Sepertinya memang ada, tapi memang perlu polisi mengupas lebih lanjut kepada para pimpinan Pandawa," ujarnya.
Adanya iming-iming bunga sebesar 10 persen per bulan diduga menjadi salah satu alasan First Travel menanamkan investasinya ke Koperasi Pandawa.
Karena itu, First Travel berani menawarkan paket umrah Rp 14 juta per jemaah, di bawah harga pasar agen perjalanan lain sebesar Rp 21 juta per jemaah.
Kabag Penum Divisi Humas Mabes Polri Kombes Pol Martinus Sitompul menyebut, apabila rata-rata biaya umrah yang dibayar jemaah First Travel sekitar Rp 14,3 juta, maka dikalikan jemaah yang belum berangkat 35.000 jemaah, maka kerugian jemaah bisa lebih dari Rp 500 miliar.
Jumlah tersebut bisa bertambah karena sebelum izin First Travel dicabut pada 1 Agustus 2017, mereka masih menawarkan paket-paket promosi umrah murah.
Apalagi berdasarkan laporan polisi, ada sekitar 70.000 jemaah calon umrah First Travel yang sudah melunasi biaya dan harus diberangkatkan.
Baca: Serda Wira Sinaga Berulah Lagi, Sakit Kejiwaannya Diduga Kambuh
Selain bermain investasi di Koperasi Pandawa bos First Travel Andika Surachman dan Anniesa Desvitasari Hasibuan diketahui juga membeli sebuah perusahaan biro perjalanan bernama Interculture Tourindo.
Salah seorang sumber menyebut bos First Travel berusaha melarikan diri dengan cara membeli biro perjalanan yang sebenarnya sudah lama tidak beroperasi tersebut.
Usai membeli kedua bos First Travel akan membentuk perusahaan baru dan dengan nama yang baru.