Polisi: Novel Baswedan Bikin Masyarakat Galau
Polisi menyatakan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mempersulit pengusutan kasus penyiraman air keras.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polisi menyatakan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mempersulit pengusutan kasus penyiraman air keras.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Rikwanto mengatakan penyidik Polri masih mencari dua pelaku penyiraman terhadap Novel pada 11 April 2017 lalu.
"Pelakunya sedang dicari oleh penyidik, kita tunggu saja mudah-mudahan dapat berita bagus nanti kita sampaikan ke media," ujar Rikwanto di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (5/9/2017).
Novel berulang kali menyampaikan di media, bahwa ada keterlibatan seorang jenderal polri dalam kasus penyiraman air keras ke wajahnya.
Baca: Ketua Umum PBNU: Aksi Bela Rohingya di Borobudur Salah Alamat
Rikwanto berharap, Novel menyampaikannya secara langsung dan menyebut nama diduga aktor intelektual tersebut.
"Hanya kalau memang siapapun, termasuk saudara Novel, punya informasi tentang dugaan siapa pelakunya lebih baik lagi disampaikan," ujar Rikwanto.
Sementara Novel bersikeras tak akan menyampaikan siapa nama jenderal tersebut, hingga Presiden Republik Indonesia Joko Widodo membentuk tim gabungan pencari fakta yang independen untuk mengungkap kasus tersebut.
"Berarti kan' dia sendiri yang menyulitkan, kalau memang dia punya fakta soal itu. Kalau ada keyakinan pelakunya siapa dan dia tahu ya lebih cepat lebih baik kan," ujar Rikwanto.
Sebab, saat penyidik Polri melakukan pemeriksaan terhadap Novel di Singapura, penyidik senior KPK itu, enggan menyebutkan nama jenderal yang dimaksud.
"Kemarin sudah diperiksa di sana, dia juga tidak mengungkapnya. Jadi bagaimana membantunya? Tim kemaren datang dengan pihak KPK juga datang, ditanya masalah itu dia juga tidak mau menyampaikan," ujar Rikwanto.
Polri berharap Novel tak hanya menyampaikan opini atau asumsi, hingga merusak citra Polri.
Karena, dapat membuat masyarakat bingung karena pernyataannya.
"Masyarakat memonitor, masyarakat juga jadi galau, jadi semua profesional lah biar cepat terungkap," ujar Rikwanto.