Faktor Turunnya Elektabilitas Golkar Bukan Hanya Karena Kasus Hukum
"Komponen penyebab utamanya harus kita baca semua. Ini kan hasil survei dan ada unsur-unsur, nah unsurnya apa saja saya enggak tahu,"
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berdasarkan riset Lembaga Centre for Strategic and International Studies (CSIS) periode 23-30 Agustus, Elektabilitas partai Golkar turun 3,2% dari tahun sebelumnya sebesar 14,1 persen.
Dari 1.000 responden yang menjadi sample, hanya 10,9% yang menyatakan memilih Golkar dalam Pemilu 2019.
Baca: Warga Tambora Tanam Ganja di Rumahnya, Tingginya Sudah Capai 30 Centimeter
Sejumlah pihak menilai turunnya elektabilitas partai Golkar karena kasus hukum yang menjerat kadernya termasuk sang ketua Setya Novanto.
Ketua DPP Partai Golkar, Zainuddin Amali menilai turunya elektabilitas bukan hanya karena kader yang terjerat kasus hukum.
Baca: Agus Yudhoyono Tak Mau Bandingkan Pemerintahan Jokowi Dengan SBY Soal Diplomasi Rohingya
Banyak faktor yang menyebabkan turunya tingkat keterpilihan partai.
"Komponen penyebab utamanya harus kita baca semua. Ini kan hasil survei dan ada unsur-unsur, nah unsurnya apa saja saya enggak tahu," ujar Amali di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, (20/9/2017).
Menurut Amali faktor yang mempengaruhi tingkat elektabilitas partai pada Pileg 2019 berbeda dengan pileg lima tahun sebelumnya.
Baca: Mayat Bayi Ditemukan Di Dekat Batu Nisan Sedang Dikerumini Anjing
Karena Pileg 2019 mendatang dilakukan serentak.
Sehingga Tingkat elektabilitas partai juga bergantung pada Pilkada yang mana pemimpin daerah memiliki pendukung yang loyal.
"Selain itu Caleg menjadi penentu apresiasi terhadap partai," katanya.
Amali mengatakan partainya melihat hasil survei tersebut sebagai pemecut untuk bekerja keras.
Hasil survei dijadikan bahan evaluasi untuk menghadapi Pileg.
Amali yakin tingkat keterpilihan golkar akan meningkat, mengingat solidnya kader yang ada di setiap daerah.
"Kita harus kerja keras. Survei itu jadi warning dan kita punya keyakinan bahwa kita bisa dengan itu kemudian kita harus kerja keras," kata Amali
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.