Kenapa Gunung Batur Disebut 'Ibu' dari Gunung Agung? Ini Penjelasannya
Dua di antaranya adalah Gunung Batur dan Gunung Agung yang memiliki keistimewaan bagi masyarakat Bali.
Editor: Ferdinand Waskita
Namun menurut Devi, tidak ada aktivitas kegempaan di Gunung Batur selama status Gunung Agung dinyatakan awas.
Baca: Mau Ikut e-Lelang Barang Gratifikasi? Mulai Emas Sampai iPhone
Sejak zaman pra sejarah, masyarakat percaya jika gunung, bukit, dan tempat yang lebih tinggi adalah tempat suci sebagai tempat tinggal arwah nenek moyang dan pusat kekuatan alam lainnya.
Hal tersebut bisa dilihat dari arah hadap sarkopagus atau jenazah tanpa wadah.
Arah hadap atau letak kepala jenazah sebagian besar mengarah ke arah bukit atau gunung yang terdekat.
Selain itu, dalam kesehariannya, masyarakat Bali memandang gunung sebagai sumber kehidupan dan menjadi kawasan tangkapan air yang bagian lerengnya ditumbuhi hutan.
Karena wilayahnya subur, banyak masyarakat yang tinggal di wilayah kaki gunung.
Hal tersebut dibenarkan Nyoman Artha, salah satu warga yang tinggal di dekat Danau Batur.
Kepada Kompas.com, lelaki yang bekerja sebagai petani bawang di lereng Gunung Batur mengaku jika lahan di sekitar Gunung Batur sangat subur.
"Apa saja ditanam di sekitar sini pasti tumbuh bagus termasuk bawang. Ini juga karena abu letusan gunung Batur yang dulu-dulu," jelasnya.
Menurutnya, walau status Gunung Agung naik menjadi awas, kondisi di Gunung Batur masih baik-baik saja.
Gunung Batur terletak di Kintamani, Bangli, Bali dan menjadi salah satu tempat wisata yang ramai dikunjungi wisatawan.
Di wilayah Gunung Batur juga ada danau dengan nama yang sama yaitu Danau Batur yang terletak di area tinggi, yaitu 1.050 mdpl dengan luas 16 km persegi dengan kedalaman rata-rata 50,8 km.
Dari data Museum Geopark Batur dijelaskan, jika letusan pertama Gunung Batur dimulai pada 1804. Ketika itu terbentuk kawah utama di puncak.