Kisah Kakek Berusia 80 Tahun Rela Datangi Indonesia dari Suriname Demi Lacak Keluarga
Di foto itu terlihat sekumpulan orang berpose dengan seorang pria tua yang mengenakan kemeja dan celana panjang putih berada di tengah.
Editor: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sugiran Wongso (80) terlihat sibuk memainkan smartphone-nya.
Wongso ingin memperlihatkan sebuah foto kepada Kompas.com.
Beberapa saat kemudian wajah pria berusia 80 tahun itu terlihat cerah lalu kemudian memperlihatkan sebuah foto yang tersimpan di telepon genggamnya.
Di foto itu terlihat sekumpulan orang berpose dengan seorang pria tua yang mengenakan kemeja dan celana panjang putih berada di tengah.
Baca: Sadis, Ketua DPRD Tewas Ditusuk Pisau oleh Istrinya
"Yang baju putih itu paman saya, usianya 99 tahun. Dia tinggal di Kulonprogo, Yogyakarta," kata Wongso Taroeno saat ditemui di sebuah hotel di Surakarta, Rabu (18/10/2017).
Untuk bertemu sang paman dan keluarga di Yogyakarta itulah salah satu alasan Mbah Wongso, panggilan akrab pria tua itu, datang jauh-jauh dari Suriname ke Indonesia.
Mbah Wongso memang pria Jawa tetapi lahir di Suriname, sebuah negara bekas jajahan Belanda, pada 13 Februari 1937.
Ini adalah kali pertama Wongso datang ke Indonesia mengikuti program Family Pilgrim Trip yang difasilitasi KBRI Paramaribo.
Lalu apa yang hendak disampaikan Mbah Wongso saat kali pertama bertemu keluarganya di Kulon Progo, Yogyakarta?
"Saya ingin bertanya seperti apa kehidupan bapak saya di Indonesia dulu dan mengapa bapak pergi ke Suriname," kata pria yang pernah empat kali menikah ini.
Wongso kemudian bercerita dengan menggunakan bahasa Jawa "ngoko" diseling beberapa kosa kata bahasa Belanda, soal sejarah ayahnya.
"Saya tidak tahu tahun berapa bapak saya tiba di Suriname. Cuma katanya waktu pertama kali datang dia berusia 18 tahun," tambah bapak delapan anak ini.
Baca: Romo Benny: Romo Magnis Sesak Nafas Saat Ceramah
Wongso melanjutkan, ayahnya pernah bercerita alasannya pergi jauh-jauh dari Pulau Jawa ke Suriname.
"Di masa mudanya ayah saya senang main kartu, tentunya pakai uang. Biasanya dia dapat uang dari ibunya sebagai upah mengasuh adik-adik saat ibunya pergi berjualan tempe ke pasar," kenang Wongso.
Suatu hari, lanjut Wongso, ayahnya tak mendapatkan uang seperti biasa.
Dia marah dan pergi meninggalkan rumah.
"Dia lalu ketemu temannya yang mengajaknya pergi ke Suriname karena di sana banyak uang. Akhirnya bapak saya pergi ke Suriname," ujar Wongso.
Di Suriname, ayah Wongso bekerja di pertambangan bauksit, yang jejaknya kemudian dilanjutkan Wongso hingga dia pensiun di usia 60 tahun.
Kembali ke soal pertemuan dengan keluarganya di Yogyakarta, Wongso mengatakan, pamannya akan berulang tahun yang ke-100 tahun depan.
"Dia sebenarnya minta kami pulang ke Indonesia karena ayah saya masih memiliki bagian dari tanah warisan keluarga dan sudah ada sertifikatnya," kata Wongso.
"Tapi saya katakan sebaiknya tanah itu dibagi untuk keluarga di Indonesia, karena saya sudah terlanjur lama hidup di Suriname," kata Wongso.
Etnis Jawa di Suriname berjumlah sekitar 70.000-an orang dari sekitar 550.000 jiwa penduduk Suriname.
Gelombang kedatangan orang Jawa ke negeri Amerika Selatan itu terjadi pada 1890-1938. Di Suriname pada awalnya orang Jawa bekerja di perkebunan tebu dan pertambangan.
Selama di Indonesia, Mbah Wongso dan sekitar 20 warga Suriname keturunan Jawa berkunjung ke Bali, Surabaya, Malang, Surakarta, Yogyakarta, Semarang, dan perjalanan berakhir di Jakarta. (Ervan Hardoko)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Demi Melacak Keluarga, Mbah Wongso Datang dari Suriname ke Indonesia