Partai Golkar Kini Terbagi Jadi Tiga Faksi Berbeda
Partai Golkar saat ini terbagi ke dalam 3 faksi berbeda menyikapi situasi yang dialami Setya Novanto.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Golkar saat ini terbagi ke dalam 3 faksi berbeda menyikapi situasi yang dialami Setya Novanto.
Mirwan Bz Vauly, inisiator Generasi Muda Partai Golkar (GMPG), mengungkapkan hal itu kepada Tribunnews.com melalui pesan singkat, Minggu (26/11/2017).
"Saat ini Golkar terbentuk tiga faksi menyikapi Setya Novanto. Sejak ia ditangkap KPK dan setelah rapat pleno kemarin," ujar Mirwan, Minggu (26/11).
Menurut Mirwan, faksi pertama adalah faksi yang pro perubahan dan menghendaki segera diadakannya munaslub.
Baca: Chris ONeill: Orang Korea Utara Paling Benci dengan Orang Jepang
Faksi ini tegas meminta Partai Golkar tidak saja sekadar munaslub dalam waktu singkat, tapi faksi ini juga bekerja terus menyuarakan agar komitmen partai Golkar untuk bersih-bersih, anti korupsi, menjunjung tinggi etika dan rasa malu.
Ia menjelaskan jika faksi ini dimotori para anak-anak muda yang melihat Indonesia lebih jauh ke depan.
"Kedua adalah faksi yang antiperubahan atau atau faksi status quo. Golongan ini masih bertahan menunggu kembalinya Setya Novanto sebagai pahlawan Golkar," imbuh Mirwan.
Faksi inilah, kata Mirwan, yang saat ini konon merasa memegang kendali Partai Golkar, dan merasa paling legal berbicara atas nama Partai Golkar.
Baca: PVMBG Pertimbangkan Kenaikan Status Gunung Agung Menjadi Awas
Sementara faksi ketiga adalah faksi tengah. Faksi ini tidak mempermasalahkan diadakannya munaslub atau tidak.
"Munaslub oke, tidak munaslub juga OK," kata Mirwan.
Faksi ini biasa disebut faksi no problem. Mereka menganggap organisasi itu harus berposisi seperti 'Destarata' yakni Raja Hastinapura dalam peperangan Barita Yudha antara Pandawa dan Kurawa, yang tidak boleh berpihak pada satu sisi.
Bisa dibilang, kata Mirwan, orang merusak dan orang memperbaiki sama saja dimatanya. Semua harus direspon sebagai kekuatan politik.
Biarkan keduanya bertempur hingga layaknya Hastinapura runtuh tinggal nama.