Asna Hanya Bisa Tabah Putranya Dituduh Densus 88 Sebagai Teroris
Membutuhkan waktu perjalanan sekitar satu jam dari ibukota Kabupaten Sambas, untuk menuju kediaman orangtua NH di RT 004/ RW 002, Dusun Tri Sakti.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, SAMBAS - NH (36) ditangkap tim Densus 88 Anti Teror dan Polda Kalbar atas dugaan sebagai terduga teroris, di Bandara Internasional Supadio pada Senin (27/11/2017) sekitar pukul 11.00 WIB
Hingga kini, belum diketahui seperti apa perkembangan dari kasus yang dialami pria kelahiran Desa Sekuduk, Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas, Kalbar ini.
Membutuhkan waktu perjalanan sekitar satu jam dari ibukota Kabupaten Sambas, untuk menuju kediaman orangtua NH di RT 004/ RW 002, Dusun Tri Sakti, Desa Sekuduk, Kecamatan Sejangkung.
Usai jembatan Kartiasa, jalan akses masuk hanya dapat dilintasi kendaraan roda dua.
Kendaraan roda empat ke atas tak dapat melintasi jalan setapak menuju desa tersebut, lantaran hanya selebar sekitar 1 hingga 2 meter saja.
Asna, ibu kandung NH, tinggal sebatang kara di rumah beratap daun kelapa dan berdinding papan.
Hanya dinding bagian depan rumahnya saja yang bercat hijau, itu pun sebagian besar sudah terlihat mulai memudar.
Beberapa tiang cor semen tampak beridiri di bagian luar rumah janda berusia 69 tahun ini.
Tiang-tersebut tampaknya sudah sejak lama didirikan. Yang menurut keterangan Asna, tiang tersebut dibangun anaknya yang bekerja di Brunei Darussalam.
Namun lantaran kekurangan biaya, hingga kini belum bisa membangun rumah baru menggantikan rumah yang sekarang didiami Asna.
Beberapa potong pakaian tampak tergantung pada bambu kering yang melintang di antara tiang-tiang di depan rumahnya.
Raut wajah cemas tampak dari wajah wanita berjilbab yang sudah berusia lanjut ini. Asna merupakan janda dua anak. Namun kedua putranya, zuriat dari suami yang berbeda.
Selain NH, satu putranya saat ini bekerja di Brunei Darussalam. Kedua putranya kini masing-masing sudah berumahtangga.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupny, ia hanya dapat mengandalkan kiriman putranya dan kerabat yang berada di desa tersebut.
Pancaran matanya tampak mengkhawatirkan keadaan putra sulungnya yang kini ditangkap Densus 88 Anti Teror.
"Saya dapat kabarnya tadi malam, jam 12 malam. Yang nyampaikan kabarnya keluarga juga, masih keponakan saya. Jadi disampaikannya lah kabar itu, ya Allah kata saya, langsung menangis saya, tapi saya bersabar, kalau memang tidak terlibat tetap tidak akan ditahan. Saya tabah, saya berserah kepada Allah SWT. Jadi alhamdulillah saya sudah tabah mendengar kabar ini," ungkap wanita berjilbab ini sambil berurai air mata, Selasa (28/11/2017).
Kepala Desa Sekuduk, Lamazi bersama seorang pendamping desa dan keluarganya, tampak mendampingi Asnah.
Sesekali Lamazi menenangkan dan menabahkan hati Asnah.
Menurut keterangan Asna, NH memang sudah lama pindah ke Pontianak. Terlebih setelah menikah, dan kini memiliki 5 orang anak.
"Kemarin dia ada datang hari Sabtu (25/11) malam. Saya kan lagi di rumah warga yang meninggal, dia nelpon, saya tanya siapa. Karena anak saya kan hanya ada dua saja, satu anak saya di Brunei, saya kira anak saya yang dari Brunei. Karena anak saya tidak pernah nelpon malam-malam, palinglah setelah Maghrib anak saya yang di Brunei nelpon saya. Jadi saya pikir ini siapa yang menelpon, halo mak katanya, saya tanya siapa kamu, dia bilang saya mak. Saya tanya, kau dimane nong, dia bilang aku di rumah. Oh iya lah saya bilang begitu," jelasnya.
Asna mengisahkan, ia sempat bertanya kepada NH. Sudah berapa lama NH tiba di rumah. Begitu NH mengatakan baru saja tiba, perlahan-lahan Asna bergegas pulang ke rumah.
"Saya sempat nanyakan, jam berapa dia datang. Dia bilang baru saja sampai. Saya sempat nanya, kenapa tidak mencari mamak, dia bilang letih tadi setelah salat Maghrib dari sana, sampai hujan dari sana sampai ke sini, jadi dia bilang letih, mamak cepat kembali ke rumah katanya. Saya langsung pulang ke rumah nyambut dia," terangnya.
Menurut Asna, putranya saat itu sempat menginap semalam. Namun kembali pulang pada Minggu siang.
Tak ada pesan apa pun yang disampaikan NH kepada Asna. Itulah terakhir kali Asna melihat putranya, hingga kemudian ia mendengar kabar ditangkapnya NH.
Baca: Survei Membuktikan, Agus Yudhoyono Cocok Jadi Pendamping Jokowi di Pilpres 2019
Baca: Dokter RSCM: Kondisi Syaraf Setya Novanto Masih Baik
"Sempat tidur semalam, pas setelah salat Subuh dia bilang oh mak aku ini mau pulang sekitar jam 1 nanti. Saya bilang, cepat sekali nak. Dia bilang saya mau pulang mak. Jadi begitu saja terakhir saya ketemu dia, saya juga tidak nanya-nanya lagi. Dia ndak ada cerita mau kemana-kemana ndak ada, saya nyangkanya hanya mau cepat pulang, karena kan hari Minggu," ujarnya.
Menurut cerita Asna pula, NH jarang pulang untuk menjenguknya.
Dalam setahun, paling hanya satu kali pulang menjenguknya saat lebaran Idul Fitri, dengan membawa serta anak dan istrinya.
"Jarang dia pulang ke rumah saya ini. Setahun sekali lah, biasanya dia pulang ke sini pas libur lebaran puasa (Idul Fitri), nginap sekitar 3 malam. Pulang dia bawa anak-anaknya dengan istrinya. Kan setahun sekali dia pulang," ungkapnya.
Untuk melepas kerinduan, Asna sesekali menerima telepon dari kedua anaknya. Menanyakan kabar anak-anaknya.
"Kadang-kadang dia nanya kabar lewat telpon. Mamak apa kabarnya, sehat kah katanya,saya jawab alhamdulillah mamak sehat. Dia nanya, ndak kah lagi mamak darah tinggi. Saya bilang, (tekanan) darah begitu lah, kadang naik kadang turun," sambungnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.