''Di Swecapura, Kami Dapat Saksikan Bencana Bukanlah Melulu Penderitaan''
Siang sedikit hujan turun, tirainya menutupi pemandangan ke gunung. Terkadang, awan akan berkolaborasi dengan abu yang keluar
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
Sebelum memberanikan diri menuju ke lokasi tersebut, keduanya terlebih dahulu mencari berbagai informasi terkait aktivitas Gunung Agung. Mereka telah memahami zona bahaya 8 dan 10 kilometer.
“Kamu tak mungkin melewatkan peristiwa sebesar ini. Informasi banyak tersedia terutama di internet mengenai Gunung Agung,” Angus menjelaskan dari mana sumber informasi yang dia dapatkan.
Berkenaan dengan ditutupnya bandara, Angus tak khawatir. Kendati jadwal penerbangannya Kamis pagi dan posisi saat itu bandara masih tutup, dia bilang semua sudah dijamin oleh asuransi.
Beberapa hal yang barangkali perlu dilakukan oleh Angus dan Lexy adalah persiapan menghadapi letusan. Mereka sudah mengenakan pakaian lengan panjang, namun belum mempersiapkan masker dan penutup kepala.
Mereka pun belum mengetahui aplikasi Cek Posisi Anda yang membantu khalayak untuk mengetahui lokasinya terhadap zona bahaya Gunung Agung.
"Kami mencoba berbagi informasi persiapan menghadapi erupsi Gunung Agung termasuk kelengkapan masker dan perangkat lainnya. Kami juga mensosialisasikan penggunaan aplikasi Cek Posisi Anda," ucap Sutopo.
Tak lupa, kata Sutopo, tim BNPB meminta Angus membuat video pendek untuk menjelaskan kepada dunia bahwa Bali aman untuk wisatawan asal tidak memasuki zona bahaya yang telah direkomendasikan.
Setelah semua dirasa cukup, rombongan kami dan Angus pun berpisah. Sorenya kami mendengar Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali sudah bisa dibuka.
"Kami harap Angus dapat pulang dengan selamat ke negerinya dan membagi cerita keindahan Gunung Agung kepada kawan-kawannya di sana," kata dia.
Wisatawan Dan Warga Menyatu
Setelah paginya menyaksikan kemegahan Gunung Agung, sore harinya kami harus menjadi saksi dampak dari peristiwa alam ini.
Adalah GOR Swecapura di Klungkung yang menjadi tempat bernaung ribuan pengungsi dari desa-desa di punggung Gunung Agung yang masuk ke dalam zona bahaya.
Kesibukan terlihat jelas di lokasi ini. Di lapangan depan, truk tangki pembawa air bersih masuk.
Jurnalis dengan seragamnya yang warna-warni duduk-duduk sambil mengobrol di serambi.
Sementara itu, agak di kejauhan berderet tenda pengungsi BNPB yang dihuni oleh warga.