Sri Mulyani: Indonesia Punya Potensi
Indonesia memiliki peluang yang cukup baik dalam menghadapi lingkungan makro ekonomi global di 2018 mendatang. bagaimana Indonesia akan menyikapinya?
TRIBUNNEWS.COM - Indonesia memiliki peluang yang cukup baik dalam menghadapi lingkungan makro ekonomi global di 2018 mendatang. Memang di satu sisi Indonesia memiliki harapan, namun di lihat dari sisi global, juga ada tantangan dan resiko yang kemungkinan bisa menimbulkan pengaruh negatif terhadap output ekonomi global.
Lantas bagaimana Indonesia akan menyikapi keadaan ini?
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ada tiga faktor yang menyebabkan Indonesia tetap punya potensi dan bisa menggunakan potensi ini. Faktor-faktor ini ia sampaikan ketika membuka sesi 2 dalam Forum Kompas 100 CEO (29/11/2017).
Faktor pertama adalah kebijakan ekonomi Indonesia. Kebijakan ini telah dikenal cukup memiliki track record yang baik. Hal ini yang membedakan kita dengan negara-negara lain, karena pemerintahan Presiden Jokowi sekarang memiliki kebijakan yang bersifat baik, hati-hati, dan berorientasi pada solusi.
Ketika menghadapi masalah, pemecahannya tidak membutuhkan perdebatan terlalu panjang agar solusi bisa cepat diambil dan dijalankan.
“Tentu setiap langkah akan ada pembahasan kontroversi, plus-minus, tapi orientasinya adalah problem solving, dan itu harus dimunculkan dalam berbagai langkah-langkah, baik dari kebijakan APBN fiscal, kebijakan sektoral dari kementrian, dan kebijakan di level regional, yaitu di daerah,” ungkap Sri Mulyani.
Faktor kedua adalah stabilitas politik dan keamanan, dimana Indonesia secara relatif masih dianggap memiliki kepemimpinan yang stabil dan keadaan politik yang mendukung. Hal ini tentunya jika dibandungkan dengan negara MINT lain yaitu Mexico, Turki, dan Afrika Selatan yang masih memiliki masalah stabilitas politik dan keamanan negaranya.
Faktor ketiga yang menyebabkan Indonesia memiliki potensi adalah manusianya.
Jurang demografi manusia Indonesia memang masih sangat besar, dan demografinya muda. Hal ini berbeda jauh dengen Jepang yang sedang menghadapi masakan aging pada demografinya. Dimana Jepang tidak memiliki jumlah tenaga kerja muda yang baru per tahunnya.
Sedangkan Indoensia masih memiliki apa yang disebut dengan bonus demografi. Dimana jumlah orang yang masuk ke lapangan kerja tiap tahunnya mencapai dua juta jiwa. Ini adalah nilai plus untuk Indonesia ketika negara bisa menyiapkan lapangan kerja. Namun jika tidak, malah akan menimbulkan masalah sosial politik lain.
“Namun apabila ekonomi kita tidak mampu membuat lapangan pekerjaan, dia akan menjadi masalah sosial dan politik. Namun ini maslaah yang relative lebih baik dibadingkan ketika masalah yang dihadapi adalah aging, yang tidak bisa di replace,” ujar Sri Mulyani.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.