Disindir Suka Melodrama, Demokrat Balas Pernyataan PDI-P
"Ia (Hasto) tanpa rasa malu justru seperti mengamini praktik-praktik kotor yang lagi-lagi melibatkan polisi tersebut," ucap Rachland.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Rachland Nashidik membalas sindiran Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang menyebut partainya berbeda dengan partai lain yang kerap mengeluh karena merasa diintervensi.
Padahal, PDI-P telah menerima intervensi dari penguasa sejak rezim Orde Baru.
"Hasto Kristiyanto adalah populis gadungan yang kekanak-kanakan. Lewat pernyataan-pernyataan reaksionernya, ia (Hasto) sedang membawa PDI-P ke dalam petualangan yang mempermalukan diri sendiri," ujar Rachland melalui pesan singkatnya, Jumat (5/1/2018).
Menurut Rachland, Hasto juga tidak membantah dugaan partainya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam operasi dan kriminalisasi terhadap Partai Demokrat seperti dalam persiapan Pilkada Kalimantan Timur.
"Ia (Hasto) tanpa rasa malu justru seperti mengamini praktik-praktik kotor yang lagi-lagi melibatkan polisi tersebut," ucap Rachland.
Baca: PDI Perjuangan: Kami Tidak Suka Mengeluh Seperti Partai Sebelah
Rachland juga mengkritik pernyataan Hasto yang menyebut, kantor DPP PDI-P di Menteng, Jakarta, juga pernah diserang.
Akan tetapi, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu tak pernah mengeluh.
"Hasto benar, partainya pernah mengalami opresi di masa lalu yang berujung pada skandal perampasan kantor PDI-P, 27 Juli 1996. Tetapi, menggunakan sejarah opresi yang dialami PDI-P di masa lalu untuk membenarkan opresi pada partai lain di masa kini adalah sesat dan keji," ujar Rachland.
Kata Rachland, Hasto mungkin perlu lebih dulu menjelaskan di mana ia berada saat skandal 27 Juli silam terjadi.
"Apakah ia (Hasto) berada bersama para aktivis partai, mahasiswa, dan warga yang bahu-membahu melawan serangan ataukah asyik mengurusi kariernya sendiri di PT Rekayasa Industri?" ucap Rachland.
Oleh karena itu, Rachland pun menganggap Hasto adalah juru bicara yang buruk bagi politik Indonesia dan bagi PDI-P.
"Partai yang sebenarnya perlu lebih keras membuktikan komitmennya pada kebebasan demokratik dan penegakkan hukum. Rakyat tak akan lupa. Semasa Megawati Soekarnoputri (menjabat) Presiden, terjadi pembunuhan pada Munir dan Theys Eluay," ungkapnya.
Sebelumnya, Hasto mengatakan, partainya berbeda dengan partai lain yang kerap mengeluh karena merasa diintervensi. Ia mengklaim, PDI-P tak pernah mengeluh meski dulu diintervensi rezim Orde Baru.
"Politik adalah keyakinan. Partai ini (PDI-P) tidak pernah mengeluh, melodramatik, seolah ada intervensi dari kekuasaan. Berbeda dengan di sana yang sedikit-sedikit mengeluh," kata Hasto di kantor DPP PDI-P, Menteng, Jakarta, Kamis (4/1/2018).
Namun, Hasto tak menyebutkan siapa pihak yang dimaksudnya suka mengeluh.
Hasto mengatakan, PDI-P pernah tak bisa mengikuti pemilu. Kantor DPP PDI-P di Menteng, Jakarta, juga pernah diserang. Akan tetapi, partainya tak pernah mengeluh.
Demikian pula saat pilkada di Bali pada periode lalu. Hasto merasa ada upaya sistematis yang menghambat partainya. PDI-P tidak mengeluh dan tak merasa menjadi korban kejahatan.
Penulis: Moh. Nadlir
Berita ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Disindir Suka Melodrama, Demokrat Balas Pernyataan PDI-P