Di Ulang Tahunnya ke-65, Guruh Soekarnoputra Kritik Cara Bahasa, Busana dan Boga Indonesia
Guruh Soekarno Putra menilai Indonesia sudah sangat jauh dari cara berbahasa, busana dan boga (makanan) dari segi kulturnya.
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Hasanudin Aco
"Tetapi itu kalau dalam kurikulum sekolah masuk dalam kurikulum bukan sebagai bahasa pengantar, itu keprihatinan saya dan teman teman dalam komunitas saya," kata dia.
Di bidang busana, Guruh menyoroti secara khusus perempuan.
Guruh menduga perempuan hanya mengenakan kebaya saat acara tertentu misalnya menghadiri pernikahan.
Indonesia dinilai tertinggal jauh dibandingkan negara yang masih kental berbusana tradisiononal seperti Myanmar, India, Arab dan beberapa tempat lagi.
"Wanita Indonesia kalau saya tanya, pakai kain dibilang repot dan susah, enggak bisa kerja. Itu semua bohong, saya sudah buktikan dengan penari-penari saya," beber Guruh.
Guruh mengaku para penari wanita tidak kesulitan mengenakan kain walau menari, meloncat, dan lain sebagainya.
Segi makanan, jangan tanya lagi.
Guruh mengaku miris jika makanan petai dan jengkol dicap sebagai makanan udik dan tidak mampu menaikkan derajat orang yang mengkonsumsinya.
Ini lah yang menyebabkan kulier Indonesia tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga di Asia Tenggara.
Dunia internasional lebih mengenal makanan khas Vietnam dan Thailand dibandingkan Indonesia.
"Itu perjuangan kita. Kita naikkan bagaimana supaya makanan Indonesia mendunia, tidak kalah dari Vietnam. Kalau Thailand sudah mendunia sejak tahun akhir tujuh puluhan," tukas dia.