TNI AU Butuh Pesawat Tempur dan Radar Baru
Hampir satu setengah tahun para penerbang tidak terbang dengan pesawat tersebut,"
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI Angkatan Udara (AU) masih harus terus dipenuhi.
Alusista yang masih harus dipenuhi di antaranya pesawat pengganti F-5 Tiger yang seluruhnya sudah dipensiunkan karena umur sekitar satu setengah tahun lalu.
Baca: Kapolri Bentuk Satgas Nusantara Tangkal Panas Pertarungan Pilkada Serentak
"Hampir satu setengah tahun para penerbang tidak terbang dengan pesawat tersebut," ujar Hadi Tjahjanto, kepada wartawan usai memimpin upacara serah terima jabatan (sertijab), Kepala Staf TNI AU (KSAU), di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (19/1/2018).
Ia tidak menjelaskan lebih lanjut soal pesawat pengganti F-5 Tiger.
Namun, saat ini pemerintah tengah mengupayakan pembelian 11 unit pesawat Sukhoi SU-35 buatan Rusia.
Baca: Kapolri: Markas Polda Metro Jaya Masih Semrawut
Pesawat tersebut rencanannya akan ditempatkan di Skadron Udara 14, di Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, tempat di mana pesawat F05 Tiger pernah bersarang.
Selain pembelian pesawat tempur, TNI AU juga butuh mengganti pesawat C-130 atau Hercules yang saat ini sudah tergolong uzur itu.
Hadi Tjahjanto menyebut rencanannya pesawat angkut tersebut akan diganti dengan pesawat Hercules yang sama dengan tipe yang berbeda, yakni tipe J.
Selain itu, TNI AU juga butuh menambah jumlah helikotper yang mereka miliki.
TNI AU menurut Hadi Tjahjanto yang sempat menjadi KSAU itu, juga butuh menambahkan radar, yang jumlahnya saat ini sudah mencapai 20 unit.
Baca: Kapolri Instruksikan Jajaran Tidak Tangkap Nelayan Gunakan Cantrang
Radar yang ada tidak bisa menjawab potensi ancaman yang dimiliki Indonesia, sehingga jumlahnya harus ditambah.
Pekan lalu, di Rapat Pimpinan TNI dengan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, yang digelar di kantor Menteri Pertahanan, Jakarta Pusat, Panglima TNI sempat memaparkan bahwa Indonesia cuma memiliki 20 unit radar Ground Control Intercept (GCI).
Dengan jumlah tersebut, tidak semua wilayah kedaulatan Indonesia bisa tercakup, sehingga dibutuhkan penambahan 12 unit lagi.
"Yang saya katakan dalam renstra kedua alutsista TNI Angkatan Udara, perlu penambahan, namun semuanya sudah ada di renstra," katanya.