Momen Dua Anak Presiden Nostalgia di Atas Panggung
Wahid Foundation bersama UN Women dan Muslimat NU meluncurkan hasil survei nasional yang mengukur toleransi sosial keagamaan di kalangan perempuan mus
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wahid Foundation bersama UN Women dan Muslimat NU meluncurkan hasil survei nasional yang mengukur toleransi sosial keagamaan di kalangan perempuan muslim di Indonesia, Senin (29/1/2018).
Dalam kesempatan itu pula, Yenny Wahid yang merupakan Direktur Utama Wahid Foundation dan Menko PMK, Puan Maharani Soekarnoputri dipertemukan kembali dalam kegiatan tersebut.
Kegiatan yang dilakukan di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan ini menjadi ruang nostalgia keduanya, saat mengingat menjadi anak RI 1 dan RI 2, Abdurahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri.
Baca: Begini Cara Blokir STNK Supaya Tak Lagi Kena Pajak Progresif
Sejak awal, Yenny Wahid menyambut hangat kedatangan Menko PMK itu.
Puan Maharani pun mendapat kesempatan memberikan sambutan kegiatan yang dihadiri sejumlah tokoh perempuan dan ratusan tamu undangan dari kalangan ibu-ibu NU itu.
"Ini menjadi nostalgia anak presiden dan wakil presiden," kata Puan dalam sambutannya.
Putri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri ini menceritakan bagaimana dulu ia dan Yenny saat muda telah menjalani kehidupan sebagai anak-anak presiden yang tumbuh dengan aturan protokoler.
"Gimana ya mau ngapain (di Istana negara), susah gak ya. Tiba-tiba kehidupan kita berubah (Puan dan Yenny). Menjalani masa muda (Puan) dengan penuh tanggung jawab di mana menjadi prokotoler (Istana) juga, istri, dan ibu muda. Ada paspamres," kata Puan.
Baca: Telkom Klaim Living Lab Smart City Bisa Cepat Tuntaskan Campak di Indonesia
Ia mengingat kala itu Yenny Wahid belum menikah dan masih lebih bebas daripada dirinya.
Puan ingat, saat dirinya kerepotan menjalani tanggung jawab menjadi istri muda, ibu, dan segala urusan yang berhubungan dengan paspamres, Yenny pernah berujar padanya untuk tak buru-buru menikah.
Sekarang, ujar Puan, anak-anak Yenny masih kecil dan Yenny harus merasakan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai ibu di sela-sela kehidupan aktivis sosialnya.
Ia pun berbalas menyatakan tanggung jawab yang sama akhrinya dirasakan Yenny Wahid saat telah menikah dan memiliki anak.(*)