Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warganet Tuding Zaadit Taqwa Kenakan Jaket Kuning Pinjeman

Ketua BEM UI Zaadit Taqwa jadi perbincangan warganet, setelah memberi kartu kuning kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Editor: Samuel Febrianto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua BEM UI Zaadit Taqwa jadi perbincangan warganet, setelah memberi kartu kuning kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

"Parah sih, yang bersangkutan (Zaadit) anak MIPA tapi berani make jakun (jaket kuning-RED) anak FIB." tulis pemilik akun @Aldio_Atsuaki.

Pemilik akun, @PutriRosary menambahkan, "Ya ampun sebagai alumni FIB kesel pas liat makaranya warna putih, karena pasti dari jurusan FIB, ternyata jakunnya minjem dan dia anak MIPA ternyata."

Baca: Alasan Yamaha Lexi 125 Cuma Dikaruniai Satu Sokbreker Belakang

Bahkan beredar tangkapan layar di media sosial Line pemilik akun Dimas Dwi Putera, menyebut Zaadit adalah mahasiswa jurusan fisika, bukan jurusan ilmu sejarah.

Bahkan di pesan siar tersebut, ,dia menulis bakal menggalang donasi 'Jakun (jaket kuning--RED) Untuk Zaadit'.

Akun @tanri24 juga mencuit hal yang sama, "Saya respect nyali dan upayanya untuk kritik pemerintahan, tapi masa ketua BEM gak siap pakai jakun miliknya sendiri."

BERITA TERKAIT

@zulfrial juga memberi kicauan, "Jakunnya minjem, coba cek jangan-jangan kartu mahasiswanya minjem juga."

"Parah sih, ybs anak MIPA tp beraninya make jakun anak FIB, SKS lg ckckck," kicau @Aldio_Atsuaki.

"@justb3n Jakun (Jaket Kuning), lambang setiap fakultas punya warna berbeda di makara dada sebelah kiri. Nah, ketua BEM ini kayaknya ga pake jakunnya," kicau @frau_Ike.

Di Universitas Indonesia mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang seharusnya memiliki warna makara biru-hitam.

Namun, saat melakukan konferensi pers dengan Kompas TV Zaadit menggunakan jaket almamater dengan makara putih.

Baca: 5 Fakta Korban Kedua Longsor Underpass Bandara Soetta, Pesan Terakhir Mutmainah Bikin Ayah Khawatir

Warna makara putih adalah identitas untuk mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB).

Alasan Zaadit Taqwa

Ada tiga alasan Ketua BEM UI Zaadit Taqwa memberanikan diri mengacungkan 'kartu kuning' dan meniup peluit di hadapan Jokowi.

Kejadian tersebut terjadi saat Jokowi usai memberikan pidato acara Dies Natalis ke-68 Universitas Indonesia dan dilanjutkan melakukan Peresmian Forum Kebangsaan UI‎ di Balairung UI, Depok, Jumat (2/1/2018).

Pengacungan 'kartu kuning' dengan tangan kanan Zaadit, sebenarnya merupakan buku paduan suara Universitas Indonesia yang kebetulan berwarna kuning.

"‎Itu tadi buku paduan suara, karena pengawasan lumayan ketat tadi pas masuk ke dalam, makanya kita pakai buku itu, biar bisa masuk," tutur Zaadit.

Zaadit menjelaskan, pengacungan buku panduan berwarna kuning sebagai gambaran jika Presiden mendapatkan kartu kuning dengan maksud ‎memberikan peringatan agar menyelesaikan permasalahan bangsa.

"Kita bawa tiga tuntutan, dan kita sudah sampaikan lewat aksi di stasiun (Universitas Indonesia)," tutur ‎Zaadit.

Adapun tiga tuntutan tersebut, kata Zaadit, ‎pertama terkait gizi buruk di Papua untuk segera diselesaikan oleh pemerintah karena lokasi kejadian luar biasa campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, merupakan bagian dari Indonesia.

"Kami ingin mau dipercepat penyelesaiannya karena sudah lama dan sudah banyak korban," ucapnya.

Kemudian, tuntutan kedua yang disuarakan Zaadit, terkait Plt atau penjabat gubernur yang berasal dari perwira tinggi TNI/Polri.

"Kita tidak pingin kalau misalnya kembali ke zaman orde baru, kita tidak pengen ada dwifungsi Polri, dimana Polisi aktif pegang jabatan gitu (gubernur) karena tidak sesuai dengan UU Pilkada dan UU Kepolisian," ujar Zaadit.

Sedangkan tuntutan ketiga, yaitu persoalan Permenristekdikti tentang Organisasi Mahasiswa (Ormawa) karena dapat mengancam kebebasan berorganisasi dan gerakan kritis mahasiswa.

"Kita tidak pingin mahasiswa dalam bergerak atau berorganisasi dan berkretasi itu dikungkang, oleh peraturan yang kemudian dibatasi ruang gerak mahasiswa," papar Zaadit.

‎Aksi Zaadit tersebut terpaksa harus diamankan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dan ditariknya ke luar ruangan Balairung, serta dibawa ke Pengamanan Lingkungan Kampus (PLK).

"Tidak ada (kekerasan), ‎cuman diminta keterangan saja, diminta identitasnya. Aksi ini ‎dilakukan spontan, karena sebenarnya niatnya sudah ada tapi berubah-ubah rencana, menyesuaikan kondisi di dalam juga," ujar Zaadit.

TribunJakarta.com/Siti Nurjannah Wulandari
 

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas