Saat Pantun Bamsoet Segarkan Ruang Paripurna DPR
Dia melaporkan soal selesainya UU MD3, serta jumlah RUU yang masih harus dikerjakan Pemerintah bersama DPR
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Bambang Soesatyo seakan ingin menampilkan sesuatu yang berbeda. Apalagi kini, sebagai Ketua DPR, Bamsoet -panggilan akrabnya- otomatis menjadi Juru Bicara DPR RI. Seperti yang terjadi dalam pidato penutupan masa sidang yang disampaikan dalam rapat paripurna, Rabu (14/2/2018), ada yang berbeda saat politisi Partai Golkar ini berpidato.
Hampir sama seperti ketua DPR sebelumnya saat berpidato penutupan masa sidang. Yakni, pelaporan kinerja selama masa sidang yang akan ditutup. Kini, seakan ada suasana baru yang menyegarkan dalam wujud pantun dan komitmen keterbukaan.
"Ada baiknya, sekadar mencairkan suasana dan melembutkan hati, sebelum melanjutkan pidato ini, terlebih dahulu saya melantunkan tiga bait pantun," ujar Bamsoet.
"Di langit Senayan ada pelangi
Warna warni indah sekali
Masa sidang berakhir hari ini
Dapil menunggu pelaksanaan janji
Sikut kiri sikut kanan
Mencari celah tambahan program
Beta politisi dari Senayan
Dapilku makmur hatiku tentram
Kapal berputar menuju ke barat
Ombak mengalun dibuai angin
Beta ke dapil menyapa rakyat
Terpilih kembali siapa yang tak ingin"
Pantun yang dibacakan Bamsoet, membuat suasana ruang paripurna menjadi rileks dan segar.
Selanjutnya, Bamsoet menguraikan segala kegiatan selama masa persidangan serta berbagai masalah yang dipandang perlu.
Dia melaporkan soal selesainya UU MD3, serta jumlah RUU yang masih harus dikerjakan Pemerintah bersama DPR. Juga komitmen soal pengawasan pelaksanaan anggaran oleh Pemerintah.
"DPR telah berkomitmen bahwa untuk meningkatkan target penerimaan negara, maka revisi Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan serta revisi Undang-Undang Penerimaan Negara Bukan Pajak, dapat segera diselesaikan, paling lambat pada masa sidang selanjutnya," ujarnya.
Bambang juga menyinggung soal tugas Pansus Angket KPK, dan perlunya KPK-Polri-Kejaksaan bergandengan tangan dengan DPR dalam mendukung agenda pemberantasan korupsi. Dan jangan lagi ada saling menyerang.
"Yang kita butuhkan hari ini adalah cuaca yang teduh dan iklim yang kondusif bagi terciptanya stabilitas politik, sehingga pembangunan ekonomi untuk kemakmuran rakyat dapat berjalan dengan baik," katanya.
Bambang juga menyinggung soal Pansus Pelindo II, pelaksanaan pilkada serentak 2018, hingga soal Kejadian Luar Biasa Wabah Campak dan Gizi Buruk yang menimpa Kabupaten Asmat, Papua.
Bamsoet juga melaporkan tugas DPR dalam melakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap sejumlah pejabat kenegaraan, termasuk pertimbangan terhadap pengangkatan 10 calon Duta Besar. Begitupun tugas DPR dalam melaksanakan peran diplomasi parlemen.
Secara internal, Bamsoet melaporkan upaya mewujudkan parlemen modern dengan meresmikan pusat pelayanan terpadu pengaduan masyarakat melalui aplikasi DPR-NOW! menuju "DPR dalam Genggaman Rakyat" dan layanan e-LHKPN.
Ia memastikan, lembaga yang dipimpinnya terbuka dan tidak anti kritik. Di era keterbukaan sekarang ini, DPR tidak boleh menutup mata atas kritik yang disampaikan oleh masyarakat. "Bahkan jika perlu DPR akan membuat lomba kritik DPR terbaik, dengan para juri dari kalangan akademisi, tokoh masyarakat, dan pemerhati kebijakan publik," katanya.
"Tapi tentu kita semua juga sepakat, setiap profesi selain terikat kode etik dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, juga harus mendapatkan perlindungan hukum atas kehormatannya. Termasuk, anggota dewan," tambahnya
Pidato penutup, poliisi Partai Golkar ini kembali merangkai dua buah bepantun. Ada total lima pantun yang disampaikannya dalam pidatonya.
"Pilih suami yang baik hati
Jangan tertipu janji berbunga
Jadi politisi pilihan hati
Kalau jodoh tak akan ke mana
Dia tersenyum hatiku berseri
Lambaian mata aduh indahnya
Mari kawan satukan hati
Maju bersama, rakyat sejahtera"