Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Partai Garuda Terapkan Strategi Politik 'Gerilya Sunyi'

Untuk itu DPP harus terus memberikan motivasi, pengarahan, dan pengajaran kepada kader-kadernya di daerah.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Partai Garuda Terapkan  Strategi Politik 'Gerilya Sunyi'
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ketua Umum Partai Garuda Ahmad Ridha Sabana (kiri) didampingi Sekjen Partai Garuda Abdullah Mansyuri (kanan) menunjukkan nomor urut usai pengundian nomor urut partai politik peserta pemilu 2019 di Gedung KPU, Jakarta, Minggu (18/2/2018). KPU resmi menetapkan nomor urut 14 partai politik nasional dan 4 partai lokal DI Aceh untuk pemilihan umum tahun 2019. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Sekretaris Jenderal Partai Garuda Abdullah Mansyuri mengungkap, bukan hal mudah baginya dan rekan-rekannya di DPP Garuda mengajak mereka yang selama ini tidak berpolitik, kemudian mau berpolitik.  DPP  Garuda,  ungkapnya, terus memberikan motivasi, pengarahan, dan pengajaran kepada kader-kadernya di daerah.

"Memang saya harus akui, berbeda ya politisi sama teman-teman yang baru berpolitik itu berbeda. Kita harus terus memberikan motivasi, kita harus terus memberikan pengarahan, mengajari. Itu memang bukan hal yang mudah bagi DPP," ungkap Mansyuri.

Selain itu, verifikasi administrasi dan verifikasi faktual yang dilakukan (Komisi Pemilihan Umum) KPU dan (Badan Pengawas Pemilihan Umum) Bawaslu hingga tingkat DPC juga merupakan bagian yang cukup berat bagi Partai Garuda. Mansyuri dan rekan-rekannya di Partai Garuda merasa harus mempersiapkan diri dalam melewati kesulitan tersebut.

"Waktu verifikasi faktual itu memang agak berat, tidak hanya tahapan verifikasi administrasi, tapi verifikasi faktual itu juga harus mengumpulkan seluruh anggota yang anggota itu juga masih bekerja, ada yang kuliah pada saat dikumpulkan itu. Sehingga harus benar-benar mempersiapkan diri untuk verifikasi faktual dan itu bisa kita lewati," kata Mansyuri.

Mansyuri mengaku tak mampu untuk menghitung biaya pembentukan Partai Garuda hingga bisa lolos ke Pilpres 2019 seperti sekarang.

Namun ia bisa mengingat bahwa pembentukan kepengurusan di daerah, kadernya di daerah tersebut yang merupakan pedagang pasar sampai patungan sayur dan telur untuk mengadakan kegiatan dan membentuk kepengurusan.

"Bahkan ada lho, di satu daerah pembentukannya itu patungan pedagang pasar. Siapa yang mau nyumbang sayur, siapa yang mau nyumbang telur, masak-masak, rapat. Setiap kali begitu," ungkap Mansyuri.

Berita Rekomendasi

Untuk itu, ia mengaku tersenyuh dengan perjuangan kader-kader Partai Garuda tersebut."Makanya saya terenyuh juga, perjuangan ini bisa sampai seperti ini,"kata dia.

Untuk mendidik dan mengarahkan kader-kader Partai Garuda yang rata-rata baru berpolitik, Mansyuri menerangkan bahwa peran Dewan Pimpinan Pusat (DPP) sangat dibutuhkan. Dalam hal ini, menurutnya DPP berperan dalam mengarahkan kader-kader tersebut untuk meraih cita-cita politik mereka.

"Kita tegak lurus dengan kebijakan pusat. Karena kalau nggak diarahkan, ini orang-orang baru, orang-orang yang belum tahu politik, tidak pernah berpolitik, rata-rata ya, sebagian sudah, dan punya cita-cita politik, nah ini harus diarahkan untuk mewujudkan cita-cita itu," ungkap Mansyuri.

Ia enggan menjawab dengan lugas ketika ditanya siapa orang-orang yang ada dibalik lahirnya Partai Garuda. Namun ia mengakui bahwa dirinya dan Ketua Umum Partai Garuda, Ahmad Ridha Sabana adalah dua dari beberapa orang lain yang ia tak mau sebut namanya.

Ia sendiri mengatakan bahwa Partai Garuda sudah didiskusikan oleh para inisiatornya beberapa tahun sebelum resmi didirikan pada tahun 2015 lalu. "Dan beberapa orang lainnya yang tidak bisa saya sebut satu per satu," ungkap Mansyuri.

Ia mengatakan para pendiri partai tersebut sudah sepakat bahwa partai tersebut milik bersama dan bukan milik orang per orang. Bahkan untuk membiayai partai tersebut, ia mengatakan bahwa seluruh kaderlah yang menghidupi Partai Garuda secara mandiri dengan segala kemampuan dan keterbatasan yang ada.

"Tapi ini milik bersama, milik rakyat, milik pedangang pasar, milik kaum marjinal, milik asongan, milik mahasiswa, milik pemuda. Ini milik bersama dengan cara apapun, dengan segala kemampuan dan ketidakmampuan teman-teman untuk membangun partai ini," ungkap Mansyuri.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas