Marak 'Orang Gila' Serang Ulama, Mirip Peristiwa Banyuwangi 1998 Jelang Soeharto Tumbang?
"Sekarang sudah ada media sosial yang mempercepat beredarnya (berita hoax) itu," kata As'ad.
Editor: Hasanudin Aco
"Oleh karena itu, kami ingin mengatakan bahwa jangan percaya isu hoaks saja, hubungi kami untuk menjelaskan secara komprehensif," katanya.
'Mirip pembunuhan dukun santet di Banyuwangi 1998'
Lebih lanjut mantan wakil kepala Badan Intelijen Negara, BIN, As'ad Said Ali mengatakan, kasus-kasus dugaan penganiayaan dan teror terhadap ulama di Jabar dan Jatim ini mirip dengan pembunuhan terhadap orang-orang yang dituduh sebagai dukun santet di Banyuwangi pada 1998.
Belakangan terungkap pembunuhan itu menyasar pula orang-orang yang bukan berlatar dukun, termasuk guru mengaji, dukun suwuk (penyembuh) dan tokoh-tokoh masyarakat seperti ketua RT atau RW, demikian sejumlah laporan menyebutkan.
"Itu pernah terjadi dulu, seperti kasus dukun santet di Banyuwangi, yang pakai pola orang gila juga. Karena orang gila tidak bisa diusut, tiba-tiba kasus menjadi hilang," kata As'ad Said Ali, menganalisa.
Kemiripan lainnya, demikian As'ad, peristiwa di Banyuwangi terjadi menjelang peristiwa politik mundurnya Suharto dari kursi Presiden, sementara kasus-kasus dugaan penganiayaan ulama saat ini terjadi menjelang pilkada dan pilpres.
Namun demikian As'ad tidak mau berspekulasi perihal siapa aktor dan motif di balik kasus-kasus penganiayaan terhadap ulama yang terjadi belakangan.
Itulah sebabnya, As'ad meminta, persoalan ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian dan kejelasan kasus-kasus tersebut.
"Kalau lama, semua orang akan menunggangi, akhirnya akan terjadi perpecahan. Apalagi sekarang sudah ada media sosial yang mempercepat beredarnya itu," katanya.
Dia juga meminta masyarakat tidak terprovokasi informasi bohong yang beredar di media sosial di balik kasus-kasus tersebut.
"Masyarakat jangan bingung, jangan kaget, dan jangan terpengaruh oleh provokasi semacam itiu, karena ini bukan bagian demokrasi, tapi pengacauan terhadap demokrasi," jelasnya.
'Teror itu justru mempersatukan kami'
Sementara, Ketua MUI kota Madiun, Jatim, Sutoyo, yang mengaku telah "diteror", meminta agar kepolisian mengusut tuntas siapa aktor intelektual di balik kasus-kasus kekerasan yang dialami tokoh agama yang terjadi belakangan.