Modernisasi Jaringan Irigasi Rentang Tingkatkan Pasokan Air Bagi 87.840 Ha Sawah
Kementerian PUPR menargetkan pembangunan 1juta hektar jaringan irigasi baru dan merehabilitasi sekitar 3juta jaringan irigasi dari 2015-2019.
Editor: Content Writer
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan pembangunan 1 juta hektar jaringan irigasi baru dan merehabilitasi sekitar 3 juta ha jaringan irigasi dalam periode 2015-2019. Infrastruktur ini berperan meningkatkan produktivitas pangan nasional guna mencapai ketahanan pangan sebagaimana Nawa Cita Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla.
Salah satu pekerjaan rehabilitasi daerah irigasi skala besar yang dilakukan oleh Kementerian PUPR adalah modernisasi Jaringan Irigasi Rentang di Jawa Barat yang mengairi areal pertanian seluas 87.840 Ha di tiga kabupaten yakni Kab. Majalengka seluas 1.094 Ha, Kab. Cirebon seluas 20.571 Ha dan di Kab. Indramayu seluas 66.175 Ha dengan memanfaatkan debit Sungai Cimanuk yang besar.
Modernisasi Jaringan Irigasi Rentang dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung.
"Sekarang progres sudah mencapai 80%," ujar Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung Bob Arthur Lambogia di Cirebon, Jawa Barat baru-baru ini.
Bob mengatakan program modernisasi mendesak dilakukan karena usia sistem irigasi di wilayah tersebut sudah puluhan tahun sehingga efektivitas pelayanan airnya tidak lagi optimal.
"Modernisasi mencakup sistem pelayanan pintu-pintu air yang nantinya akan menggunakan mekanikal elektrikal yang dikaitkan dengan sistem telemetri," jelas Bob.
Pada tahun 2015 Kementerian PUPR telah menyelesaikan pembangunan Bendungan Jatigede yang mampu menampung aliran Sungai Cimanuk dengan kapasitas 979,5 juta m3. Sebelum ada Bendungan Jatigede, Sistem Irigasi Rentang mengandalkan pasokan air hujan yang masuk dari aliran Sungai Cimanuk (river runoff) sehingga pada musim kemarau selalu defisit air irigasi yang mengakibatkan kekeringan dan puso sawah-sawah produktif.
Selain irigasi, air Sungai Cimanuk juga dimanfaatkan sebagai sumber air baku bagi keperluan rumah tangga maupun industri. Defisit air pada musim kemarau berpotensi menimbulkan konflik sosial.
“Pada musim kemarau tahun lalu, suplai air dari Bendungan Jatigede dapat mencukupi kebutuhan air untuk lahan pertanian di Daerah Irigasi Rentang,” jelas Bob Arthur. Air dari Waduk Jatigede mengalir ke hilir hingga mencapai Bendung Gerak Rentang.
Bendung ini kemudian membagi aliran air Sungai Cimanuk menjadi dua ke Sistem Irigasi Sindupraja (Intake Kanan) dan Sistem Irigasi Cipelang (Intake Kiri).
Modernisasi yang dilakukan saat ini masih difokuskan pada Sistem Irigasi Sindupraja (Intake kanan). Pekerjaan perbaikan saluran irigasi yang masif ini diantaranya berupa pembangunan pintu air, perbaikan syphon bunker, pengerukan saluran, pembangunan turap, peningkatan jalan inspeksi di sisi saluran sekunder sepanjang 201 km, penyiapan sistem informasi telemetri dan pembangunan bangunan GP3A (Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air).
Pekerjaan konstruksi terbagi menjadi 6 paket yang terdiri dari 2 paket modernisasi Saluran Induk di Sindupraja dengan panjang saluran 26,8 km dan luas layanan 30,2 ribu ha dan Saluran Induk Gegesik sepanjang 26,8 km dengan luas layanan 20,1 ribu ha.
4 paket lainnya merupakan modernisasi saluran sekunder sepanjang 26,73 km. Total anggaran sebesar Rp 864,5 miliar melalui kontrak tahun jamak 2015-2018. Sementara untuk pekerjaan supervisi konstruksi juga terbagi menjadi 6 paket dengan nilai kontrak total Rp 29,75 miliar.
Untuk Sistem Irigasi Cipelang (Intake kiri) kini dalam proses pengusulan untuk dikerjakan tahun 2018-2024 dengan menggunakan anggaran tahun jamak dari Japan International Cooperation Agency (JICA). (*)