Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Probosutedjo Pernah Bilang Banyak Orang Tak Percaya Statusnya sebagai 'Adik' Pak Harto

Probosutedjo dilahirkan di Desa Kemusuk, Yogyakarta, Jawa Tengah, pada tanggal 1 Mei 1930.

Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Probosutedjo Pernah Bilang Banyak Orang Tak Percaya Statusnya sebagai 'Adik' Pak Harto
TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI
Probosutedjo, Siti Hardijanti Rukmana, Siti Hediati Hariyadi saat meninjau memorial Jenderal Besar Soeharto yang baru diresmikan di Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta, Sabtu (8/6/2013). Memorial yang didirikan di bekas rumah kelahiran presiden ke 2 RI tersebut didirikan dalam rangka untuk kembali membuka ingatan tentang perjalanan hidup Presiden Soeharto. (TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Probosutedjo dilahirkan di Desa Kemusuk, Yogyakarta, Jawa Tengah, pada tanggal 1 Mei 1930.

Beliau adalah anak kelima dari delapan kakak beradik. Bapaknya bernama Atmoprawiro dan ibunya bernama Soekirah. Berikut penuturan Probostedjo soal Soeharto seperti dilansir hmsoeharto.com.

"Kita sebenarnya punya kakak satu lagi. Ya Mas Harto itu. Ibu bilang begitu. Itu kalimat kakak saya yang nomor tiga, Mbakyu Basirah, yang masih saya ingat betul hingga kini.

Kalimat itu terucap pada tahun 1936,saat usia saya 6 tahun. Ucapan mbakyu saya memancing kening berkerut.

Setahu saya itu, kakak saya hanya tiga orang. Sukiyem yang sudah almarhum, Sucipto,dan Basirah sendiri. Mana ada seorang kakak lagi? Saya tidak pernah melihatnya ada di rumah."

“Mas Harto?” saya mengulang pertanyaan dengan lugu. Pikiran kanak-kanak saya segera menjelajah. Berusaha mengetahui siapa pemilik nama itu.

Baca: Kehebatan Wiljan Pluim Pukau Pelatih Asal Italia

Berita Rekomendasi

“Yang kadang mampir ke rumah kita itu lho. Yang dari Wuryantoro,” kata Mbakyu Basirah lagi, mencoba mengingatkan saya.

Saya masih tidak bisa membayangkan wajah siapa pun. Waktu kemudian bergulir. Dan akhirnya sosok itu datang lagi ke rumah kami di Kemusuk.

Perlahan-lahan saya bisa mengingat bahwa dia memang pernah ke rumah kami, tapi jarang sekali.

Seorang remaja yang sangat baik dan cakap, berwajah bulat ramah, dengan mata agak sipit, dan hidung yang bangir.

Jika tertawa, matanya bertambah kecil. Namun,selama itu saya tak pernah tahu dia kakak kandung saya.

“Jadi dia kakak kita?” Saya mencari keyakinan pada Mbakyu Basirah. “ Ya, mas Harto,” Basirah mengangguk.

“Dilahirkan Ibu, sebelum Ibu menikah dengan Bapak.” Saya mengangguk-angguk.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas