Fakta Menarik 'Sandiwara' Setya Novanto di Rumah Sakit: Terpergok Berdiri Hingga Sadar Wifinya Jatuh
Sidang lanjutan kasus merintangi penyidikan kasus korupsi e-KTP Setya Novanto dengan terdakta dokter Bimanesh Sutarjo kembali digelar di Pengadilan Ti
Penulis: Adi Suhendi
"Menjelang jam 6 pagi saya mau cek tensi, tapi pasien masih tidur. Dua perempuan yang menemani juga masih tidur, lalu saya keluar," ungkap Indri.
Selang beberapa menit, kemudian Indri kemabali masuk ke kamar.
"Saya melihat bapak itu bisa berdiri tegak buang air kecil di sisi kiri tempat tidur. Sepertinya bapak itu tidak tahu saya masuk karena memang saya pelan sekali buka pintu. Saya bicara, saya bantu pak. Lalu bapak itu sepertinya kaget. Setelah selesai, bapak itu kembali tergeletak ke tempat tidur dengan susah payah," tambah Indri.
Lebih lanjut, Indri juga menyatakan tidak nyaman menangani Setya Novanto karena banyak ditemukan kejanggalan mulai dari minta diperban hingga minta obat merah padahal hanya luka lecet.
Terakhir, Indri juga menyampaikan saat dirinya menggantikan pakaian, Setya Novanto sigap meski matanya tertutup. Menurut Indri, dia tidak menemukan kesulitan saat mengganti baju Setya Novanto.
"Saya ganti bajunya tapi dengan sigap, enggak ada lemes-lemesnya. Tapi dia tetep merem," singkatnya.
4. Masih sadar wifinya terjatuh
dua security Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Abdul Aziz dan Mansur menjadi saksi di sidang lanjutan dugaan menghalangi penyidikan e-KTP pada Setya Novanto dengan terdakwa dokter Bimanesh, Senin (2/4/2018) di Pengadilan Tipikor Jakarta.
Di hadapan majelis hakim, Abdul Aziz menyatakan saat dibawa ke rumah sakit, mantan Ketua DPR RI itu dalam keadaan sadar tidak pingsan.
Bahkan menurut Abdul Aziz, Setya Novanto masih menyadari wifi, teknologi yang memudahkan seseorang untuk terakses ke internet milik Setya Novanto terjatuh.
"Pasiennya tidak pingsan, saya yakin. Wifi dia yang bulat itu jatuh. Dia berkata : Itu tolong wifi saya terjatuh. Lalu Pak Purwadi (security) yang mengambil, diserahkan ke ajudannya," ungkap Abdul Aziz di Pengadilan Tiikor Jakarta.
Lanjut setelah itu, Abdul Aziz hendak membawa Setya Novanto ke IGD.
Namun malah diarahkan ke lantai 3 ruang VIP, kamar 323.
"Karena korban kecelakaan saya mau arahkan ke IGD, tapi disuruh bawa ke VIP lantai 3. Lalu Saya, Roni dan ajudannya naik ke lantai 3," tutur Abdul Aziz.
Kemudian majelis hakim menanyakan soal apakah Setya Novanto sendiri yang menutup mukanya dengan selimut? Hal itu dibenarkan Abdul Aziz.
"Pasien sendiri yang tutup mukanya. Awalnya itu ajudannya hanya tutup selimut di badan saja. Setelah saya antar ke ruang VIP lantai 3, saya bersama driver Roni turun bersama brankar untuk dikembalikan di depan IGD," tambah Abdul Aziz.
5. Jarum untuk anak-anak
Alasan mengapa Setya Novanto diinfus menggunakan jarum anak-anak terungkap di sidang lanjutan terdakwa dokter Bimanesh, Senin (2/4/2018) di Pengadilan Tipikor Jakarta.
Menurut kesaksian dari perawat Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Indri Astuti memang dirinya yang menginfus Setya Novanto menggunakan jarum infus berukuran kecil yang biasanya digunakan untuk anak-anak.
Menurut Indri, awalnya dia mencoba memasang jarum infus di tangan kanan Setya Novanto.
Namun, Indri kesulitan karena kesulitan menemukan vena, atau pembuluh darah.
"Karena vena tidak kelihatan, saya pasang alat. Karena tidak keliatan juga, tangannya saya pukul pakai jari saya," kata Indri.
Merespon tangannya di pukul-pukul, menurut Indri, Setya Novanto merespon dengan menggerakkan tangannya.
Melihat itu, Indri mengaku kaget.
"Saya anggap pasien itu marah sama saya. Saya kaget sekali. Dari situ saya pikir, waduh apa ini," tegas Indri.
Selanjutnya, Indri mengganti jarum infus dengan jarum berukuran kecil yang biasa digunakan anak kecil.
Indri berharap dia bisa lebih mudah menemukan pembuluh darah.
Benar saja, saat itu Indri yang dibantu oleh perawat Nurul Rahmah Nuari dapat menusukkan jarum tepat di pembuluh darah hanya dalam satu kali suntik.
"Saya mau sekali tusuk saya dapat. Alhamdulilah dapat. Setelah itu terpasang, kemudian saya keluar dari kamar," kata Indri.
Menambahkan keterangan Indri, perawat Nurul membenarkan dia membantu memang infus dan menurutnya Setya Novanto sempat mengerang kesakitan.
"Saya dengar pasien teriak sakit, hanya itu saja karena kami kesulitan mencari venanya dan tangannya dipukul-pukul," singkat Nurul.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.