PKS Minta Tidak Reaksioner Tanggapi Puisi Sukmawati, Lebih Baik Energinya untuk Ganti Presiden
Mardani berharap agar polemik puisi tersebut tidak sampai ke ranah hukum, melainkan cukup selesai dengan cara informal yakni bersilaturahmi.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan bahwa tanggapan umat Islam terhadap puisi Sukmawati yang membandingkan Azan dan Kidung sangat beragam. Ada yang menanggapinya dengan kalem, namun ada juga yang reaktif.
Mardani meminta agar polemik puisi tersebut ditanggapi dengan kalem. Lebih baik menurutnya energi dikumpulkan untuk mengganti presiden pada Pemilu 2019 mendatang.
"Umat Islam yang semangat ada, yang kalem ada. Baik yang kalem dan semangat perlu berlapang dada terhadap masalah seperti ini karena energi kita harus difokuskan, saya fokus di 2019 ganti presiden," katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, (3/4/2018).
Mardani berharap agar polemik puisi tersebut tidak sampai ke ranah hukum, melainkan cukup selesai dengan cara informal yakni bersilaturahmi.
"Saya bukan dukung engga dukung, tapi imbau agar masalah ini tidak diselesaikan melalui jalur formal, tetapi informal, udah silaturahmi saja," katanya.
Baca: Bertemu Ulama Jabar, Jokowi: Ulama dan Umaroh Berjalan Beriringan, Negara Aman
Mardani mengatakan pihaknya tidak akan memaksa Sukmawati untuk meminta maaf. Karena menurutnya permintaan maaf harus datang dari hati dan sukarela.
Ia berharap Sukmawati dapat meluruskan masalah ini bersilaturahmi dengan tokoh tokoh Islam.
"Usul saya penyelesaian bukan di jalur hukum atau mimta maaf, tapi di jalur silaturahim, jalur ketemuan, ngopi bareng, ngeliwet bareng, kalau perlu maulidan bareng, sehingga mba Sukma tahu ada orang Islam yang sedikit sensitif. Tapi orang Islam juga ada figur mba Sukma yang mungkin memang memandang keindahan dari budaya lokal Indonesia, dan tak salah asal tidak dibenturkan," katanya.