Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketum Persis Dukung Rizal Ramli Jadi Pemimpin Nasional

Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis), Aceng Zakaria, menilai, ekonom senior Rizal Ramli layak menjadi pemimpin nasional.

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Ketum Persis Dukung Rizal Ramli Jadi Pemimpin Nasional
ISTIMEWA
Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis), Aceng Zakaria dan ekonom senior Rizal Ramli. 

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG- Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis), Aceng Zakaria, menilai, ekonom senior Rizal Ramli layak menjadi pemimpin nasional.

Selain memiliki pengalaman dan terobosan di bidang ekonomi yang telah teruji, mantan Menko Ekuin di era pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur itu juga konsisten dalam komitmennya untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Terkait dengan kritik yang kerap disampaikan Rizal Ramli kepada pemerintah, Aceng justru berpendapat, hal itu bagian dari kecintaannya terhadap Indonesia.

Menurtnya, dalam setiap kritik yang dilontarkan mantan Menko Maritim era pemerintahan Presiden Jokowi itu selalu disertai solusi dan sikap optimis.

"Saya melihat setiap kritik yang disampaikan Pak Rizal selalu ada solusinya. Nah, ini yang membuat kita optimis. Pak Rizal juga selalu menyampaikan kepada kita untuk kerja keras dan usaha keras, Insya Allah kita dapat membangun Indonesia," ujar Aceng usai launching Baitut Tamwil Barkah Umat, yang merupakan salah satu unit yang dikelola oleh Majelis Ekonomi PP Persis, Sabtu (14/4/2018) kemarin.

Rizal Ramli menurutnya, telah menujukkan keberpihakannya terhadap masyarakat kecil melalui ide dan gagasannya sejak pemerintahan Soeharto. Misalnya, sebut Aceng, ketika menjadi Senior Researcher di Center for Policy and Implementation Studies (CPIS), Rizal Ramli bersama Tim Harvard melakukan reformasi terhadap 3.600 BRI Unit Desa.

Hasilnya, para petani dan masyarakat kecil memeroleh kemudahan kredit melalui program Kupedes, dan masyarakat punya tabungan dengan nama Simpedes.

BERITA REKOMENDASI

"Terobosan yang dilakukan Pak Rizal inilah yang menjadi motivasi kami. Semoga Pak Rizal berkesempatan menjadi pemimpin nasional, dapat mengimplementasikan ide dan gagasan yang kita yakini dapat membawa kemajuan," ujarnya.

Dalam kesempatan itu Rizal Ramli mengungkapkan, menganalisa pertumbuhan Indonesia 2018 ini stagnan pada posisi lima persen. Begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi pada 2019 mendatang.

Menurut Rizal, saat ini masih ada ketimpangan penyaluran kredit. Dimana, industri besar masih mendominasi kredit yang disalurkan pemerintah.

Pendiri lembaga think thank Econit itu mengibaratkan, sebuah gelas yang di mana bisnis besar dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di cawan gelas yang mendapatkan kredit, selanjutnya bisnis menengah hanya di leher gelas, dan mayoritas rakyat di dasar gelas.

“Masalah kita, seperti inilah struktur ekonomi di Indonesia. Sebanyak 83 persen kredit hanya mengalir ke bisnis besar, sisanya 17 persen ke bisnis menengah dan rakyat. Pengusaha menengahnya sedikit saja, sisanya ada 60 juta usaha kecil dengan berumah tangga, umat Islam yang di bawah. Saya mohon maaf,” kata Rizal.

Mantan Penasehat Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini juga mengkritisi kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.

Menurut dia, hal itu yang menyebabkan struktur ekonomi Indonesia sangat tak sehat.

“Kondisi itu tercipta karena, para menteri ekonomi berhaluan neoliberalis. Makanya jangan harap kehidupan rakyat Indonesia akan semakin sejahtera,” tegas Rizal Ramli.

Rizal menegaskan faktor pertama mandeknya pertumbuhan ekonomi adalah praktek korupsi yang sudah sampai pada level sistemik. Puluhan kepala daerah yang menjadi tersangka korupsi itu jelas menghambat aktivitas ekonomi.

“Solusinya sederhana, negara harus membiayai partai, seperti di Eropa dan Australia. Jadi partai bisa fokus mendidik kader yang berkualitas,” terang Rizal Ramli.

Faktor kedua adalah kurang ulet, inovatif dan berani. Kata dia, Indonesia harus belajar dari Vietnam yang terkenal ulet dan pekerja keras. Sebab, faktanya pertumbuhan ekonomi negara yang pernah berhasil mengusir tentara Amerika Serikat itu berhasil melampaui Indonesia.

Sementara faktor ketiga, menurut tokohmenegaskan. nasional ini, sejak era Presiden Soeharto sistem ekonomi yang dianut Indonesia adalah sistem neoliberal ala Bank Dunia. Padahal, ada alternatif sistem yang tersedia, seperti yang dilakukan oleh China dan Vietnam.

“Saya percaya bisa tumbuh 10 persen setiap tahunnya. Kuncinya sederhana, tunjuk saya (Rizal Ramli) jadi Presiden. Gitu aja kok repot,” Rizal Ramli.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas