Menteri Yohana Berharap Kaum Perempuan Muda Mampu Menentukan Masa Depan Mengutamakan Pendidikan
94,72 persen perempuan usia 20 – 24 tahun berstatus pernah kawin yang melakukan perkawinan di bawah usia 18 tahun putus sekolah.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Firmansyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan riset mengenai pendidikan yang ditempuh perempuan di usia 20-24 dengan status pernah kawin dibawah umut 18 tahun.
"Riset mengenai jenjang pendidikan yang ditempuh oleh perempuan usia 20 hingga 24 tahun berstatus pernah kawin yang melakukan perkawinan di bawah atau di atas 18 tahun," ujar Yohana Yembise, Menteri PPPA, Jakarta, Sabtu (21/4/2018).
Hasilnya cukup memprihatinkan, sebesar 94,72 persen perempuan usia 20 – 24 tahun berstatus pernah kawin yang melakukan perkawinan di bawah usia 18 tahun putus sekolah.
Sementara yang masih bersekolah hanya sebesar 4,38 persen.
Baca: Mahasiswa Indonesia Ditabrak Hingga Meninggal, Pelakunya Ditangkap Polisi Jepang, SIM Dicabut
Hal ini menjadi miris, karena kaum perempuan masih dibayangi momok untuk melakukan perkawinan di usia muda, tidak hanya di zaman Kartini tapi juga di zaman sekarang.
"Perkawinan bukanlah hal yang buruk jika dilakukan di usia yang tepat dengan persiapan yang matang," katanya.
Yohana mengatakan perkawinan di usia anak justru membawa permasalahan baru.
"Dimulai dari hilangnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, risiko ancaman dari penyakit reproduksi seperti kanker serviks, kanker payudara dan juga hidup dalam keretakan keluarga karena ketidaksiapan mental mereka dalam membangun keluarga, sehingga menimbulkan perceraian," katanya.
Yohana berharap kaum perempuan muda Indonesia mampu menentukan masa depannya dengan mengutamakan pendidikan.
Baca: WNA di Rudenim Balikpapan Ngamuk, CCTV dan Sejumlah Fasilitas Lainnya Dirusak
"Saya berharap kaum perempuan muda Indonesia mampu menentukan masa depannya dengan mengutamakan pendidikan," katanya.
Kaum perempuan mampu berkarya tidak hanya dengan urusan sumur dapur kasur, tetapi juga di ranah publik.
"Saya optimis kaum perempuan yang menjadi Kartini masa kini mampu meneruskan mimpi Kartini dimasa yang akan datang," tambah Menteri Yohana.
Tepat di hari peringatan Hari Kartini ini, Menteri Yohana berharap kedepannya tidak ada perkawinan yang terjadi pada anak perempuan yang belum siap menjalani perkawinan.
"Mari kita stop perkawinan anak, kaum perempuan mampu berdiri di kaki sendiri dan menentukan masa depannya sendiri. Jangan pernah berhenti berkarya kaum perempuan Indonesia," kata dia.