Akbar Tandjung Bisa Jadi Solusi Kebuntuan Egoisme Ketua Umum Parpol Pendukung Jokowi
Kebuntuan situasi yang dimaksud Yasin, para ketua umum partai pendukung yang hampir semuanya menginginkan dipinang sebagai cawapres
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, Jakarta - Dinamika proses pencalonan presiden (capres) dan wakil presiden (wapres) terus bergerak. Nama politisi senior Golkar, Akbar Tandjung pun masuk bursa survei cawapres.
Selain Akbar, nama politisi senior lain muncul seperti Surya Paloh dan Wiranto. Kemunculan Akbar Tandjung yang masih di partai yang pernah dipimpinnya, dapat memberikan solusi jika terjadi kebuntuan menentukan cawapres Jokowi.
“Dengan kemampuan lobi dan jaringan yang sangat luas, pengalaman yang panjang, saya kira Akbar Tandjung dan Golkarnya, jadi solusi atas kebuntuan situasi. Terutama ketika ketua umum partai pendukung Jokowi, semuanya ingin menjadi cawapres,” ujar Direktur Eksekutif Lembaga Survei Independen Nusantara, Yasin Muhammad, Kamis (26/4/2018) ketika memberikan tanggapan atas kemunculan nama Akbar Tandjung dalam survei Independent Data Survey (IDS).
Kebuntuan situasi yang dimaksud Yasin, para ketua umum partai pendukung yang hampir semuanya menginginkan dipinang sebagai cawapres Jokowi, maka peran Akbar Tandjung yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar, menjadi penengah.
Dalam proses, apabila terjadi kebuntuan atau deadlock, maka kemungkinan itu akan membuat Akbar malah menjadi pilihan utama Jokowi.
Yasin mengatakan, sebagai politisi, Akbar sudah sangat dikenal figur yang mampu meredam konflik. Bahkan kepemimpinannya di Golkar mampu mengantarkan partai ini jadi pemenang Pemilu.
Pengalaman di pemerintahan yang cukup lama serta pernah menjabat Ketua DPR. “Semua pengalaman ini sangat pas menjadi pendamping Jokowi.”
Diungkapkan Yasin, sampai saat ini Akbar masih aktif dan terus memberikan dharma baktinya baik bagi Partai Golkar maupun bagi pembangunan manusia Indonesia melalui serangkaian kegiatannya di berbagai daerah.
“Tanpa lelah, Akbar terus berbagi ilmu dan pengalaman, sampai ke kota kecamatan. Ini bisa ditiru tokoh lain,” katanya.
Di samping itu, Yasin juga menyinggung posisi strategis Partai Golkar sebagai salah satu partai pengusung Jokowi.
Selain Golkar ada PDIP dan sederet partai lain yang sejak awal mendukung Jokowi. Dipastikan situasi dan perkembangan menjelang penaetapan cawapres semakin dinamis.
“Namun, apabila PDIP memaksakan kehendaknya, misalnya mengajukan Puan sebagai cawapres, maka konstelasi partai pendukung bisa berubah. Di sini, posisi dan peran Akbar makin berkibar dan peluang untuk dipilih Jokowi menjadi besar,” katanya.
Sebelumnya, Peneliti Independent Data Survey (IDS) Dr Edhy Aruman pada Senin (23/4) mengumumkan hasil survei IDS mengenai elektabilitas capres dan cawapres.
Untuk kandidat cawapres, muncul antara lain nama Akbar Tandjung. Meski tingkat elektabilitasnya masih sekitar 2, tetapi, sudah mengalahkan nama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang kini maju sebagai salah satu calon gubernur Jawa Barat.
Akbar dalam survei ini juga mengalahkan Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar yang kini mengampanyekan diri sebagai cawapres.(*)