Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Barisan Nisan Tanpa Nama di Monumen Mei 1998

Terlihat beberapa Petugas Harian Lepas yang menyirami rumput-rumput pemakaman. Ada juga yang tengah membabat tanaman liar

Penulis: Gita Irawan
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Barisan Nisan Tanpa Nama di Monumen Mei 1998
Tribunnews.com/Gita Irawan
Makam korban kerusuhan Mei 1998 di Pemakaman Pondok Ranggon 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sebuah papan jalan berwarna hijau bertuliskan "MAKAM MASSAL KORBAN TRAGEDI MEI 1998" terpampang di Jalan Raya Taman Pemakaman Umum Pondok Ranggon, Jakarta Timur.

Di bawah tulisan tersebut terdapat juga tulisan Blad 27 Blok AA dan di tembok yang terletak persis di bawahnya tertulis "TAMAN PEMAKAMAN UMUM PONDOK RANGGON".

Terlihat beberapa Petugas Harian Lepas yang menyirami rumput-rumput pemakaman. Ada juga yang tengah membabat tanaman liar di dekat makam-makam dengan nisan yang bertuliskan nama serta tanggal lahir dan wafat jenazah yang dikebumikan di dalamnya.

Akan tetapi tidak tampak seorang pun di area Monumen Mei 1998 yang dibangun atas inisiasi Komunitas Korban, Pendamping Korban, Komnas Perempuan, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Di bawah monumen tersebut terlihat sebuah tulisan yang tertera pada sebuah prasasti.

Baca: Menyanyi di Tempat Terpencil, Honor di Amplop Berubah Jadi Daun

Baca: Pulang Usai Manggung, Ada Penampakan Pocong dan Kuntilanak di Sepanjang Perjalanan

"Tragedi Mei 1998 adalah sejarah kelam Bangsa Indonesia, karena sejumlah kekerasan telah merenggut ribuan nyawa termasuk kekerasan seksual terhadap perempuan.

Tragedi ini adalah puncak dari gejolak sosial, ekonomi, politik yang mendorong lahirnya Era Reformasi.

Berita Rekomendasi

Monumen Mei 1998 dengan simbol jarum-benang untuk menjahit luka dan harapan, merupakan memorialisasi sejarah Bangsa dan penghormatan bagi korban, agar kejadian serupa tidak berulang.

Kepala Satuan Pelaksana Taman Pemakaman Umum Pondok Ranggon Jakarta Timur, Marton
Kepala Satuan Pelaksana Taman Pemakaman Umum Pondok Ranggon Jakarta Timur, Marton. (Gita Irawan)

Sebuah patung berwarna abu-abu terang berbentuk tangan tertutup kain setinggi sekitar tiga meter terlihat di area tersebut. Di telapak tangan itu ada sebuah patung jarum dan benang merah berukuran besar. Terlihat jarum dan benang merah tersebut menembus tangan dan kain yang menutupinya. Itulah Monumen Mei 1998.

Tragedi Mei 1998 adalah sejarah kelam Bangsa Indonesia, karena sejumlah kekerasan telah merenggut ribuan nyawa termasuk kekerasan seksual terhadap perempuan.

Tragedi ini adalah puncak dari gejolak sosial, ekonomi, politik yang mendorong lahirnya Era Reformasi.

Monumen Mei 1998 dengan simbol jarum-benang untuk menjahit luka dan harapan, merupakan memorialisasi sejarah Bangsa dan penghormatan bagi korban, agar kejadian serupa tidak berulang."


Sekitar tiga meter di depan monumen yang diresmikan oleh Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pada 13 Mei 2018 terlihat sebuah prasasti Tragedi Mei '98. Dalam prasasti tersebut tertulis sebuah doa. "Kita Berdoa Bagi Para Korban Tragedi Mei '98.

Semoga Peristiwa Ini Tidak Terulang Lagu. Pengorbanan Jiwa Mereka Telah Menyalakan Apo Reformasi Menuju Indonesia Yang Lebih Rukun, Bermartabat, dan Cinta Damai."

Di sisi sebelah kanan prasasti itu terlihat 93 makam yang terdiri dari empat kolom makam dan 20 baris makam serta satu baris makam lainnya yang terdiri dari 13 makam.

Seluruh nisan makam tersebut bertuliskan tulisan yang sama yakni "KORBAN TRAGEDI 13-15 MEI 1998".

Tidak ada satu pun nisan di sana yang bertuliskan nama atau tanggal lahir yang tertera di atasnya seperti makam-makam lain di Pondok Ranggon.

Nisan tersebut terbuat dari batu alam. Rumput-rumput di makam tersebut tampak pendek dan terawat. Di sekeliling makam terlihat beberapa batang pohon kamboja yang belum berbunga.

Sementara di sisi kiri monumen terlihat sebuah taman rerumputan yang di beberapa titiknya ditumbuhi tanaman hias.

Di sisi timur area makam tersebut dibatasi oleh pemakan unit Kristen dan sebuah sungai yang pada Selasa (8/5/2018) tengah kering dan tidak ada airnya sama sekali.

Kepala Satuan Pelaksana Taman Pemakaman Umum Pondok Ranggon Jakarta Timur, Marton mengatakan bahwa tidak ada perlakuan yang berbeda terhadap makam para korban Tragedi Mei '98 yang menempati tanah seluas 284 meter persegi dari keseluruhan luas lahan TPU Pondok Rangon yang mencapai 675.032 meter persegi tersebut.

Namun ia mengatakan bahwa setiap satu bulan dua kali Petugas Harian Lepas (PHL) akan ditugaskan untuk membabat rumput-rumput dan tanaman liar yang ada di sekitar area tersebut. Ia mengatakan bahwa pengecatan area monumen dilakukan hanya setahun sekali pada bulan Mei. Itu karena menurutnya setiap tahun di area tersebut selalu ada acara peringatan Tragedi Mei '98.

"Nggak ada perlakuan khusus. Perawatan dilakukan sama seperti makam-makam yang lain," kata Marton.

Marton juga mengungkapkan bahwa seluruh petugas yang pada saat Mei 1998 tengah bertugas mengurus pemakaman jenazah para korban saat ini seluruhnya sudah pensiun dan digantikan dengan petugas-petugas baru, termasuk dirinya sehingga ketika Tribun menemuinya di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur pada Selasa (8/5/2018) tidak ada satu pun petugas yang bisa menceritakan situasi ketika itu.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa tidak ada satu pun dokumen seperti foto atau surat. Menurutnya hal itu dikarenakan kondisi dan situasi politik saat itu yang sedang memanas dan mencekam.

"Kondisi dan situasi (politik) waktu itu kan sedang (memanas) itu ya, jadi tidak ada (dokumentasi tersimpan)," kata Marton di kantor pengola TPU Pondok Ranggon.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas