Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Agum Gumelar Minta Pegiat HAM Berpihak Pada 250 Juta Rakyat Indonesia

"Saya mohon kepada pegiat HAM, bahwa yang perlu dibela adalah 250 juta rakyat Indonesia, bukan teroris, bukan penjahat,”

Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Agum Gumelar Minta Pegiat HAM Berpihak Pada 250 Juta Rakyat Indonesia
Tribunnews.com/ Rizal Bomatama
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Agum Gumelar 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Agum Gumelar meminta para pegiat hak asasi manusia (HAM) lebih berpihak kepada 250 juta rakyat Indonesia daripada membela terduga dan pelaku teroris atas nama HAM.

Mantan Menteri Perhubungan era Presiden Abdurrahman Wahid itu menilai unsur HAM menjadi salah satu hambatan dalam pembahasan RUU Antiterorisme.

Baca: Polisi Tangkap 74 Orang Terduga Teroris Dalam Delapan Hari

"Saya mohon kepada pegiat HAM, bahwa yang perlu dibela adalah 250 juta rakyat Indonesia, bukan teroris, bukan penjahat,” ujarnya dalam diskusi di Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (22/5/2018).

Ia kemudian menceritakan kembali pengalamannya melihat kasus operasi bersenjata di Aceh dan terjadi kontak senjata antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan TNI.

Baca: BREAKING NEWS: Mapolsek Maro Sebo Diserang, Dua Polisi Dibacok

Mantan Ketua PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) periode 1999-2003 itu menilai ada perlakuan diskriminasi yang dilakukan organisasi HAM terhadap anggota GAM dan TNI.

"Saat operasi bersenjata di Aceh, saat TNI berhasil menembak GAM, pegiat HAM teriak karena sipil tertembak. Namun ketika ada seorang marinir diserang di mushola mereka diam saja. Saya jadi berpikir apakah pegiat HAM itu antipolisi atau anti-TNI,” imbuhnya.

Baca: Fadli Zon: Soeharto Presiden Paling Berhasil

Berita Rekomendasi

Agum menegaskan para pegiat HAM perlu melihat secara jernih masalah itu sehingga ada perubahan pola dalam melihat masalah.

"Para anggota TNI berangkat ke Papua untuk menumpas kelompok bersenjata meninggalkan anak istri demi tugas negara. Saya harap pegiat HAM lebih jernih dan bijak dalam melihat masalah,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas