Politisi Gerindra: Hasil Survei Capres Tak Laku Saat Nilai Tukar Rupiah Terus Merosot
Selain itu isu ekonomi yang menjadi sorotan adalah pengganguran dan penggunaan Tenaga Kerja Asing.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantoro memberikan tanggapan terkait hasil survei yang dilakukan oleh konsultan Roda Tiga mengenai isu-isu pemerintahan, kinerja presiden, serta gerakan ganti presiden 2019.
Bagi Ferry hasil survei dirasanya tak laku di masyarakat, mengingat masyarakat kini tengah berfokus pada merosotnya nilai nukar rupiah yang mencapai Rp 14.200 per dolar AS dan berimbas pada perekonomian.
"Semua hasil survei ini saya ingin soroti hal ekonomi. Nilai tukar rupiah melorot jatuh ke Rp 14.200 lebih. Saya gak tahu kemungkinan melemah sampai seberapa turun. Kalau rupiah turun sampai Rp 14.500 dan seterusnya, rasanya survei gak laku lagi. Karena situasinya orang tak berpikir Pilpres 2019," tutur Ferry
di Cafe bilangan Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (24/5/2018).
Baca: Hasil Survei Indo Barometer: Gatot Nurmantyo Tempati Urutan Pertama Sebagai Calon Wakil Presiden
Selain itu isu ekonomi yang menjadi sorotan adalah pengganguran dan penggunaan Tenaga Kerja Asing.
"Pengangguran di mana-mana penggunaan TKA itu isunya kena. Kalau di Malaysia isu pengangguran, TKA itu isu yang dapat sambutan dari masyarakat di kita ada hal yang sama," ungkapnya.
Sehingga, Ferry berharap ada perbaikan yang dilakukan Pemerintahan Jokowi.
Dirinya menyebut situasi seperti ini otomatis menjatuhkan tingkat keterpilihan Jokowi langsung tanpa harus melihat adanya pesaing dari partai oposisi
"Saya lihat situasi seperti ini rasanya sudahlah gak usah dipertahankan lagi. Bukan masalah saya oposisi. Ini jatuh (elektabilitas)," ungkap Ferry.
Diketahui, hasil survei Roda Tiga Konsultan menyatakan tingkat keterpilihan Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang mencapai 48,2 persen kemudian disusul Prabowo Subianto 22 persen.
Sedangkan, tingkat kepuasaan atas kinerja Jokowi di atas 60 persen.
Baca: Survei Alvara: Ahok dan Habib Riizieq Masuk Kandidat Cawapres
Sementara itu, sebanyak 38,3 persen responden dalam surveinya menginginkan ganti presiden 2019, yang tidak setuju adalah 36,3 persen, sedangkan tidak tau atau tidak jawab sebanyak 25 persen.
Namun dari hasil itu, kata Ricola Fedri Direktur Riset Roda Tiga Konsultan, Jokowi masih 50:50 persen berpeluang menang tergantung kemampuan Jokowi menangani masalah salah satunya dibidang ekonomi.
Survei tersebut melibatkan 1.610 responden yang tersebar di 34 provinsi berusia di atas 17 tahun, dengan margin of error sebanyak 2,5 persen.
Waktu survei dilakukan pada 21 April - 2 Mei 2018 lalu dengan Metode Stratified sytemic random sampling.