Indonesia, Terlibat Dalam Memprediksi cuaca dan iklim di Asia Tenggara
Indonesia merupakan salah satu negara yang terlibat bekerjasama dengan Inggris, Malaysia, dan Filipina untuk memberikan pengetahuan
Penulis: FX Ismanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fx Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia merupakan salah satu negara yang terlibat bekerjasama dengan Inggris, Malaysia, dan Filipina untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman terkait dampak cuaca ekstrim dan perubahan iklim, mengingat negara Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan bencana alam, serta memiliki pengalaman dan teknologi dalam memberikan informasi peringatan dini cuaca dan iklim kepada masyarakat.
Bergabungnya Indonesia dalam kemitraan Jasa Ilmu cuaca dan Iklim Asia Tenggara (WCSSP-SEA) bersama mitra-mitra dari Inggris, Malaysia, dan Filipina diharapkan dapat meningkatkan kemampuan untuk memahami, memprediksi, dan menyiapkan langkah-langkah pengurangan resiko bencana alam, seperti yang diutarakan Deputi Bidang Klimatologi, Dr. Herizal, M. Si.
“Dalam kemitraan, ilmuwan-ilmuwan Indonesia akan bekerjasama dengan para ilmuwan dari negara-negara peserta lainnya untuk memahami penyebab-penyebab cuaca ekstrim, meningkatkan ketepatan dan keandalan model-model cuaca dan iklim, juga memperbaiki sistem-sistem peringatan dini,” ujar Herizal.
“Setiap tahun jutaan orang Indonesia terkena dampak cuaca ekstrim. Resiko-resiko yang dihadapi terus bertambah akibat perubahan iklim, oleh karena itu, kita mendukung kemitraan Jasa Ilmu Cuaca dan Iklim Asia Tenggara (WCSSP-SEA) guna melakukan kerjasama dan memadukan keahlian-keahlian yang dimiliki, kita dapat membantu memperkirakan dan menangani dampak-dampak perubahan cuaca dan iklim, “ ujar Rob Fenn, Wakil Duta Besar Inggris.
Kemitraan Jasa Ilmu cuaca dan iklim Asia Tenggara (WCSSP-SEA) ini merupakan salah satu kegiatan yang didukung Dana Newton sebesar 735 juta poundsterling yang dialokasikan hingga tahun 2021 dari pemerintah Inggris ditambah sumber-sumber yang setara dari negara-negara mitra.
Aktivitas kerjasama Newton Fund/dana Newton di Indonesia sudah dimulai tahun 2014 yang merupakan MoU antara pemerintah Inggris dan Indonesia yang telah disepakati tahun 2015.
“Tujuan dana ini untuk mendukung perkembangan ekonomi, kesejahteraan sosial dan perkembangan ekonomi dan mengembangkan kapasitas penelitian dan inovasi yang dilakukan 17 negara mitra, termasuk Indonesia, seperti Kementerian Ristek dan Teknologi Pendidikan Tinggi, LIPI, dan BMKG, " ujar Rob Fenn, Wakil Duta Besar Inggris.
"Saya senang Indonesia turut serta dalam kemitraan di kawasan ini dan membawa keahlian, pengetahuan dan sumber-sumber yang dimiliki bersama para ilmuwan dari Inggris, Malaysia dan Filipina, ” pungkas Rob Fenn.
Lebih lanjut, Ia menuturkan dengan dukungan dana dari Dana Newton Pemerintah Inggris, Program Jasa Ilmu Cuaca dan Iklim (WCSSP) Asia Tenggara mengembangkan suatu jaringan kemitraan internasional yang dirancang untuk menangani tantangan global, yaitu perubahan iklim. Ia pun menuturkan bahwa kerjasama ini dapat sebagai langkah saling tukar informasi dan ilmu pengetahuan yang mumpuni terkait cuaca dan iklim sehingga dapat mengurangi resiko dampak cuaca ekstrim.
“Kemitraan Jasa Cuaca dan iklim Asia Tenggara (WCSSP) antara Inggris, Malaysia dan Filipina ini dimulai pada tahun 2017 dan saat ini Indonesia terlibat sebagai negara anggota keempat. Kemitraan ini antara Met Office U. K-Inggris dengan BMKG-Indonesia ini akan berlangsung selama tiga tahun, ” imbuh Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan, Dr. Urip Haryoko. M. S.i
BMKG juga senang dapat menjadi tuan rumah untuk pertemuan ini, dimana ilmuwan-ilmuwan yang bergabung dalam kemitraan WCSSP-SEA akan berbagi ilmu dan keahliannya. Untuk itu, kami menantikan kolaborasi kedepannya,” tambah Urip. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.