Pilpres 2019: Pertarungan Sengit Berebut Posisi Cawapres
Bila pertimbangannya untuk perimbangan kekuatan politik dan memperkuat elektabilitas, Jokowi cenderung akan memilih calon dari parpol yang sudah memil
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com,Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pilpres 2019 tampaknya akan menyajikan rematch edisi 2014 antara Jokowi vs Prabowo.
Hal ini karena peluang munculnya poros ketiga semakin kecil, terutama jika judicial review President Threshold 20% syarat capres yang tengah digugat sejumlah aktivis kalah di MK.
Baca: Kecelakaan Arus Balik, Rata-rata 20-25 orang Meninggal Dunia di Jalan
Selain itu tidak adanya nama kuat selevel Jokowi dan Prabowo mengakibatkan banyak parpol cenderung bermain aman agar tidak kalah.
Namun, Pengamat Politik Zaenal A Budiyono melihat justru jelang pilpres pertarungan sengit justru terjadi di posisi cawapres, dimana hingga kini sejumlah nama terus dibahas para elit kedua kubu.
Salah satu nama yang disinyalir memiliki peluang, salah satunya Gatot Nurmantyo. Namanya kerap di posisi tiga besar capres, atau (merujuk sejumlah survei) berada di peringkat satu kalau untuk cawapres Jokowi.
Meski demikian, langkah eks Panglima TNI itu tidak mudah.
Alasannya, kata Zaenal, pertama, di internal Jokowi untuk nama-nama profesional, selain Gatot masih ada nama Moeldoko, Mahfud MD, Susi Pudjiastuti atau Sri Mulyani.
"Keempatnya bukan nama sembarangan, karena memiliki rekam jejak mentereng. Moeldoko adalah mantan panglima TNI, dan sekarang ketua Kantor Staf Presiden (KSP). Mahfud MD memiliki pengalaman di birokrasi, selain akademisi. Susi dikenal sebagai menteri berprestasi, sementara Sri Mulyani terakhir meraih gelar sebagai menteri keuangan terbaik di dunia," kata Zaenal dalam pernyataannya, Minggu(24/6/2018).
Kedua, lanjut Zaenal selain nama-nama dari internal Jokowi, koalisi parpol pendukung juga menyuguhkan nama-nama kuat.
Mulai dari Muhaimin Iskandar, Romahurmuzy hingga Airlangga Hartarto.
Bila pertimbangannya untuk perimbangan kekuatan politik dan memperkuat elektabilitas, Jokowi cenderung akan memilih calon dari parpol yang sudah memiliki basis.
Jika demikian, bagaimana peluang Gatot di kubu Prabowo? Dosen Ilmu Politik Universitas Al Azhar Indonesia ini mengatakan sulit membayangkan pasangan Prabowo – Gatot, karena keduanya memiliki latar belakang yang sama, yaitu militer.
Pengalaman tahun 2014, Prabowo yang berpasangan dengan sipil (Hatta Rajasa) justru hanya kalah tipis dari Jokowi – JK.
"Mempertahankan momentum 2014 menjadi penting bagi Prabowo, dan dalam upaya kesana, ia membutuhkan sosok sipil yang mumpuni,"kata Zaenal.
Lebih jauh Zaenal menjelaskan partner Gerindra, PKS sejauh ini belum secara terang benderang mendorong Gatot.
Mereka lebih fokus mendukung sembilan nama dari internal PKS yang juga untuk kepentingan pemilu legislatif mendatang.
"Satu-satunya peluang adalah mengharapkan poros ketiga mencalonkan Gatot sebagai Capres. Tapi sekali lagi peluangnya sangat kecil, karena PD juga memiliki calon tak kalah menarik pada diri AHY,"ujar Zaenal.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.