PDIP: Sistem Demokrasi dengan Suara Terbanyak Bukan Ciri Demokrasi Indonesia
“Kita ingin demokrasi yang berciri Indonesia. Kalau sistem dengan suara terbanyak, mohon maaf itu cuma buat orang yang punya uang saja,” ujarnya
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan wartawan Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM JAKARTA - Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Effendi Simbolon mengatakan sistem demokrasi dengan suara terbanyak bukan menjadi ciri demokrasi Indonesia.
Ciri tersebut, kata Effendi, lebih dekat dengan prinsip demokrasi yang bercorak liberal.
Baca: Soal Ambang Batas Presiden, Peneliti IPI Sebut UU Pemilu Cukup Demokratis
“Kita ingin demokrasi yang berciri Indonesia. Kalau sistem dengan suara terbanyak, mohon maaf itu cuma buat orang yang punya uang saja,” ujarnya dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (13/7/2018).
Dirinya juga mengatakan, dengan adanya saksi yang harus dibayar dan kampanye yang memerlukan biaya, maka peluang orang yang memiliki uang lebih besar.
“Ada yang bilang, bisa enggak punya uang maju, ya coba saja, kirim doa saja yang banyak,” selorohnya.
Baca: Soal Ambang Batas Presiden, Peneliti IPI Sebut UU Pemilu Cukup Demokratis
Maka itu, dia berharap sistem nomor urut seperti pada Pemilu 1999 dan 2004 bisa kembali di saat seperti ini.
“Itu saya kira lebih berciri Indonesia, di mana caleg terpilih tidak bisa melawan keputusan partai. Kalau sekarang mentang-mentang dipilih dengan suara terbanyak bisa,” pungkasnya.