Hari Ini Laskar Santri Serahkan Bendera Mandat Cak Imin Wapres 2019
Mereka akhirnya tiba di Jakarta setelah melakukan jalan kaki selama 11 hari, dari Kabupaten Ciamis-Jawa Barat.
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lebih dari 500an santri dari Priangan Timur (Banjar, Ciamis dan Tasikmalaya) dan beberapa daerah di Jawa Barat, yang melakukan Longmarch dari Ciamis ke Jakarta sejak Jumat (20/07/18) dengan misi Laskar Santri untuk Cak Imin Wapres 2019, sudah menginjakkan kakinya di DKI Jakarta.
Mereka akhirnya tiba di Jakarta setelah melakukan jalan kaki selama 11 hari, dari Kabupaten Ciamis-Jawa Barat.
Koordinator Lapangan (Korlap) Laskar Santri, Johan Jauhari mengatakan, berdasarkan rencana, hari ini, Senin, 30/7/2018, para santri ini akan menuntaskan perjalanan menuju Jl. Raden Saleh-Jakarta Pusat, yang merupakan markas Cak Imin.
Muhimin Iskandar (Cak Imin) telah diagendakan untuk menerima mandat para kyai, yang bermufakat mendorong Cak Imin untuk menjadi pendamping Joko Widodo (Jokowi) sebagai Wakil Presiden RI pada Pemilu 2019 mendatang.
"Besok (hari ini) akan dilakukan serah terima bendera dari Laskar Santri kepada Cak Imin sebagai simbol mandat para tokoh, ulama dan kyai, yang mendorong Cak Imin untuk maju sebagai Wapres 2019," ujar Johan, Minggu (29/7).
Saat ini, lanjut dia, Laskar Santri tersebut tengah berada di Masjid Sunda Kelapa-Jakarta Pusat untuk beristirahat.
Aksi longmarch akan kembali dimulai setelah para santri mendirikan sholat dzuhur berjamaah menuju Jl. Raden Saleh, kawasan Menteng Jakarta Pusat.
Johan menjelaskan, alasan kalangan santri menginginkan Cak Imin sebagai pemimpin bangsa di masa depan, karena merupakan satu-satunya tokoh NU setelah wafatnya GusDur, yang lahir dan besar di pondok pesantren hingga mampu menunjukkan dedikasinya untuk bangsa dan negara di kancah nasional.
"Saat ini beliau menjabat sebagai Wakil Ketua MPR yang perannya sangat menetukan untuk menjaga kemurnian Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika dan keutuhan NKRI. Beliau juga sangat berperan di organisasi Islam terbesar di Nusantara, Nahdatul Ulama. Apalagi Cak Imin merupakan cucu dari perintis NU, KH Bisri Samsuri," papar Johan.
Lanjutnya, Cak Imin sudah menunjukkan perannya membangun bangsa dan negara meski di usia yang masih tergolong muda. Ia mencontohkan, salah satu hasil kerja keras Cak Imin melalui F-PKB (Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa) adalah mendorong 20% alokasi untuk anggaran pendidikan, dan memprakarsai lahirnya UU desa no. 6 tahun 2014 yang menjadi payung hukum adanya alokasi Dana Desa dari APBN, dimana desa sekarang memegang peran sebagai subyek pembangunan.
"Cak Imin itu sosok muda yang cerdas, berani, dan tegas memperjuangkan hak-hak rakyat termasuk kalangan santri. Maka sangatlah rugi jika Pak Jokowi tidak merangkul Cak Imin sebagai Cawapresnya pada Pemilu 2019 nanti," tegasnya.
Lebih jauh, Johan menegaskan bahwa, "karena misi kami mengawal mandat dari para Kyai dan ulama, maka menjadi logis bila kami ingin memastikan kembali, sesungguhnya kami tengah mengemban misi untuk menjadikan Cak Imin sebagai Wapres 2019, dan itu tidak bisa ditawar lagi, alias harga mati."
Ditanya soal kelanjutan dari aksi longmarch, Johan mengatakan bahwa setelah menyerahkan mandat kepada Cak Imin, ada 99 santri yang akan melakukan tirakat politik sampai batas akhir pendaftaran pasangan Capres dan Cawapres pada 10 Agustus mendatang.
"Tirakat politik ini dilakukan dengan cara berpuasa, mulai besok sampai tanggal 10 Agustus (batas akhir pendaftaran pilpres) sebagai ikhtiar para santri dalam menuntaskan dan menyempurnakan aksi suluk al-batiniyyah, paska menempuh aksi jalan kaki sepanjang ratusan kilo meter", pungkas Johan.
Sebagaimana diketahui, dalam khazanah literatur Islam, istilah suluk berasal dari terminologi Al Qur'an. Fasluki, dalam surat An-Nahl (16) ayat 69. Fasluki subula Robbiki zululan, Yang artinya "Dan tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan (bagimu)."