Arif Budimanta: Teknologi dan Inovasi Nasional Perlu Didorong
Survei WEF juga menyebutkan bahwa Indonesia belum begitu terbuka berpartisipasi dalam perdagangan global.
Editor: Content Writer
Ekonom Arif Budimanta menyarankan agar pemerintah mendorong daya saing teknologi dan inovasi nasional agar Indonesia mampu menghadapi segala transformasi yang terjadi, termasuk revolusi industri jilid empat atau 4.0.
Pasalnya, dalam laporan berjudul Readinessforthe Future ofProductionReport 2018 yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF), teknologi dan inovasi di Indonesia hanya mampu memperoleh nilai 4 dari 10. Nilai ini menempatkan Indonesia pada peringkat 61 dari 100 negara yang disurvei. Kelemahan terutama terletak pada komponen inovasi.
"Hal ini menunjukkan bahwa daya saing inovasi Indonesia saat ini belum siap mengantarkan Indonesia menghadapi transformasi yang terjadi, “ ujarnya dalam Orasi Ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke-57 Universitas Negeri Makassar di Sulawesi Selatan, Rabu (1/8).
Arif yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mengungkapkan, kondisi daya saing teknologi dan inovasi Indonesia sangat berbeda dengan negara-negara serumpun, seperti Singapura dan Malaysia.
Kedua negara tersebutmasuk dalam 25 negara yang siap menghadapi segala bentuk produksi dan industri di masa depan dan mampu memperoleh manfaat dengan kehadiran Industri 4.0.
Lebih lanjut Arif menyampaikan hal tersebut sangat disayangkan mengingat ketersediaan infrastruktur teknologi yang memadai serta tingginya kemampuan berinovasi menjadi bagian penting dalam mendorong kemampuan produksi.
Sementara kemampuan produksi sangat dibutuhkan guna menciptakan efisiensi demi mendapatkan kesejahteraan sebesar-besarnya.
“Kita paham bawah kelemahan kita ada pada teknologi dan inovasi. Untuk meningkatkan daya saing tersebut tentunya pemerintah perlu hadir, mendorong dan mengupayakan terakselerasinya dua hal tersebut,” ucapnya.
Kehadiran pemerintah, sambungnya, juga merupakan cerminan dari cita-cita bangsa, yakni pemerintah harus hadir untuk mendukung peradaban agar bangsa ini terus bergerak maju dan mampu memiliki tingkat kompetisi yang tinggi untuk bisa bersaing secara global.
Dalam laporan yang sama, survei WEF juga menyebutkan bahwa Indonesia belum begitu terbuka berpartisipasi dalam perdagangan global.
Hal ini dapat dilihat dari komposisi perdagangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), yakni hanya 37%.Faktanya, berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh BPS pada 2017, 56% PDB Indonesia merupakan komponen konsumsi rumah tangga.
“Indonesia harus mampu menjadi pemain aktif di pasar global, bukan hanya menjadi penonton dan ini harus dipersiapkan dengan menyelesaikan tantangan-tantangan yang ada,” pungkas Arif.(*)