Cerita Ma'ruf Amin Ditelepon Rommy Sebelum Diumumkan Jadi Cawapres Jokowi
Hal itu diungkapkannya saat berkunjung ke kantor DPP PPP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (10/8/2018).
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin membagikan kisahnya jelang ditunjuk sebagai calon wakil presiden oleh Joko Widodo (Jokowi).
Mulanya, Ma'ruf mengungkapkan, jelang pengumuman cawapres oleh Jokowi, Kamis (9/8/2018) lalu, ia dihubungi langsung oleh Ketua Umum PPP M Romahurmuziy dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri pada sore hari.
Hal itu diungkapkannya saat berkunjung ke kantor DPP PPP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (10/8/2018).
"Jadi memang bahkan ketika kemarin sore, saya biasa saja di MUI, ngurusin dana-dana untuk (bencana gempa bumi) Lombok. Pak Rommy telepon saya, mulai ada berita saya disuruh ke satu tempat," cerita Ma'ruf Amin.
Baca: Tiba di Gedung DPP PPP, Cawapres Maruf Amin Disambut Salawat
Lantaran telepon itu, ia mengaku heran.
Pasalnya, santer terdengar kabar partai koalisi Jokowi sudah mengarah pada nama mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD.
"Katanya sudah mengarah ke Pak Mahfud? 'Enggak, ini ada arah baru' katanya (Rommy), 'muter'. Setengah 5 (16.30 WIB) Pak Rommy kasih tahu saya. Jam 5 (sore), Bu Mega juga telepon saya," ungkap Ma'ruf.
Seketika, Ma'ruf mengaku tak pernah punya bercita-cita atau berharap menjadi calon wakil presiden.
Bahkan, saat penujukan dirinya oleh Presiden Jokowi sebagai cawapres.
Ma'ruf bahkan sempat kaget namanya sering disebut oleh Romahurmuziy dibeberapa kesempatan wawancara oleh wartawan.
Bahkan, kata Ma'ruf dalam pertemuannya dengan Presiden Jokowi di Istana Negara pada Rabu (8/8/2018) tepat 1 hari jelang pengumuman cawapres, Jokowi tidak sedikitpun menyinggung soal nama cawapres yang akan dipilih adalah dirinya.
Meski saat ini Ma'ruf mengaku nyaman menjalankan tugasnya sebagai ulama.
Namun, dia mengaku siap jika negara membutuhkan dirinya sebagai cawapres.
"Ulama itu kan begitu. Kalau dibutuhkan manfaatnya, saya harus siap. Walaupun ada juga yang bilang jangan jadi pejabat lah. Saya bilang, memang yang jadi capres, wapres, politisi, harus tentara dan pengusaha saja? Kiai kan juga boleh," ungkap Ma'ruf.