Haedar Nashir Minta Elite Politik Utamakan Kepentingan Bangsa
Saya yakin orang Indonesia sudah cukup religius bagus dan culture dalam kehidupan masyarakat sudah cukup positif.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pada momentum Hari Raya Idul Adha 1439 H/2018, Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nashir, meminta supaya mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Pesan itu disampaikan saat bertindak selaku khotib Shalat Idul Adha di lapangan Koperbi, komplek kantor Bank Indonesia, Rabu (22/8/2018).
"Saya yakin orang Indonesia sudah cukup religius bagus dan culture dalam kehidupan masyarakat sudah cukup positif. Tinggal ini menjadi budaya kolektif untuk selalu semangat berkurban mengedepankan kepentingan umum dan tidak mempertuhankan kepentingan diri secara berlebihan," ujarnya, Rabu (22/8/2018).
Dia menyebut sebagai hal wajar manusia mementingkan diri sendiri, golongan dan mempunyai orientasi politik. Namun, kata dia, perlu ada batas-batasan, di mana etika itu harus dikedepankan.
Menurut dia, di berbagai bidang sendi kehidupan, seperti sosial, politik, ekonomi, masyarakat Indonesia perlu mempunyai etika.
"Jadi nilai baik, buruk, benar, salah, pantas, tidak pantas itu lahir dari dalam bukan karena aturan. Kalau aturan soal hukum soal sistem. Mengajak mana yang benar, mana yang salah, mana yang baik, mana yang buruk, mana yang pantas, mana yang tidak pantas. Saya pikir saatnya peradaban publik seperti ini," kata dia.
Dia juga mengingatkan agar selalu mendekatkan diri kepada Allah. Kedekatan kepada Allah, kata dia, akan selalu menjadikan orang-orang berbuat kebaikan.
Dia meyakini jiwa ruhaniah itu menjadi benteng terbesar buat bangsa sehingga tidak akan terjadi korupsi biarpun banyak kesempatan. Selain itu, kata dia, pemerintah tidak akan sewenang-wenang biarpun mempunyai peluang.
Selain itu, dia melanjutkan, tradisi kurban itu tak hanya menjadi budaya berbagi kepada orang lain yang membutuhkan tetapi juga menjadi spirit untuk belajar berkurban bagi kepentingan bangsa dan negara.
"Sekarang ini politik misalkan dan juga ekonomi di mana orang-orang yang mempunyai akses kepada kekuasaan dan ekonomi yang sangat tinggi itu lalu ananiyah dirinya kepentingan dirinya sering melampaui takaran. Nah perebutan posisi yang berlebihan itu sering membuat kepentingan rakyat itu terabaikan," tuturnya.
Dia menambahkan, Presiden Joko Widodo selalu mengingatkan terdapat satu persen menguasai sebagian besar kekayaan di Indonesia. Untuk itu, dia meminta yang satu persen itu belajar berkurban untuk bangsa dan negara
"Biar terbuka peluang untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya tahan agar itu untuk kepentingan rakyat banyak," katanya.