Bocah Berseragam Pramuka Jadi Satu dari 34 Korban Tewas yang Ditemukan Sepekan Pasca Gempa Sulteng
Diantara korban tewas tersebut, terdapat bocah berusia 10 tahun, Dede Aulianisa.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, PALU - Lebih dari sepekan setelah gempa besar dan tsunami menghantam pantai Barat Sulawesi, tim SAR pun tetap fokus pada upaya pengevakuasian para korban.
Pada Sabtu kemarin, tim SAR dibantu relawan pun kembali menyisir lokasi terjadinya bencana di Sulawesi Tengah itu.
Pencarian tersebut juga dibantu tim SAR dari negara lainnya.
Dikutip dari laman Reuters, Minggu (7/10/2018), Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa semua korban gempa harus ditemukan.
Angka korban tewas akibat gempa dan tsunami itu pun terus meningkat, sudah lebih dari seribu warga ditemukan menjadi korban meninggal dunia dalam salah satu bencana terbesar yang melanda Indonesia pada tahun ini.
Sebagian besar korban tewas ditemukan di pusat kota di daerah itu, Palu.
Selain itu fenomena mencairnya tanah yakni likuefaksi juga menjadi salah satu penyebab bertambahnya angka kematian pasca gempa melanda kawasan Sulawesi Tengah.
Sementara itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan sebelumnya ada ribuan rumah yang berada dalam satu kawasan akhirnya tenggelam karena fenomena tersebut.
Di kawasan Balaroa, tim SAR pun menemukan 34 mayat pada Sabtu kemarin.
Mereka kemudian memasukkan jasad para korban itu ke dalam kantong biru dan oranye yang telah disediakan.
Diantara korban tewas tersebut, terdapat bocah berusia 10 tahun, Dede Aulianisa.
Orangtuanya mengenalinya dari pakaian yang dikenakan anak itu saat gempa mengguncang rumah mereka.
"Saya yakin itu dia, Dede mengenakan seragam pramuka, dengan sweater yang bertuliskan 'Geng 97'," kata sang ayah, Anwar.
"Saat tanah terbelah, ia kebetulan berada di sisi bangunan yang roboh, ia anak yang sangat periang, sangat pintar, guru-gurunya menyayanginya dan ia memiliki banyak teman,".
Sedangkan di lingkungan Petobo, tim penyelamat ahli dari Prancis mulai melakukan pencarian diantara hamparan puing, mencari tangan, kaki, atau bagian tubuh lainnya yang keluar atau tampak mencuat dari lumpur.
Arnaud Allibert dan empat anggota lainnya dari tim Pompiers Humanitaires Francais adalah tim SAR pertama yang menjelajah ke daerah itu.
Mereka akan menyisir puing-puing itu dan mengambil mayat yang muncul di permukaan, tim Allibert akan menggunakan eskavator untuk menggali lebih dalam pada kawasan tersebut.
"Jika kami melihat bagian-bagian tubuh mencuat, kami akan menggali lumpur untuk mengeluarkan tubuh itu, ini adalah pekerjaan yang membutuhkan waktu ya, namun setelahnya, kami akan menggunakan alat berat (untuk menggali bagian-bagian yang diduga terdapat korban)," kata Allibert kepada Reuters.
Sebelumnya, gempa bumi bermagnitudo 7,4 skala richter mengguncang wilayah provinsi Sulawesi Tengah pada Jumat sore, 28 September lalu.
Gempa tersebut kemudian mengakibatkan tsunami setinggi hingga 2 meter yang menyebabkan korban tewas semakin banyak karena mereka tidak hanya tertimpa reruntuhan bangunan, namun juga tersapu derasnya air laut.
Hingga kini proses evakuasi, pengiriman bantuan logistik dan tim relawan juga masih terus dilakukan.
(Tribunnews, Fitri Wulandari)
Sumber: reuters.com