Puluhan Pengungsi Bencana Sulteng Disambut Isak Tangis Saat Tiba di Mamasa
Kedatangan puluhan pengungsi asal Palu dan Donggala, di Posko Pengungsian Mamasa, Sulawesi Barat, disambut tangis haru sanak keluarga yang telah menun
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kedatangan puluhan pengungsi asal Palu dan Donggala, di posko pengungsian Mamasa, Sulawesi Barat, disambut tangis haru sanak keluarga yang telah menunggu sejak pagi, Minggu (7/10/2018).
Kontan bereka berpelukan dan mengucapkan syukur karena anggota keluarga mereka selamat dalam bencana gempa dan tsunami yang menerjang sejumlah wilayah di Sulawesi Barat, 28 September lalu.
Para pengungsi yang baru tiba hari ini di antaranya belasan bayi dan balita. Mereka lalu disuguhi makanan dan minuman oleh tim relawan di posko pengungsian Mamasa. Namun, setidaknya ada 18 orang di antara mereka ternyata "tak dikenal".
Mereka bukanlah warga Mamasa, melainkan warga dari Palu dan Donggala yang hendak mengungsi ke Makassar dan Pangkep, Sulawesi Selatan.
Baca: Prihatin dengan Hoax, Konsorsium Kader Gus Dur Jatim Usulkan 3 Oktober Sebagai Hari Anti Hoax
Zandi, seorang korban gempa tsunami asal Palu, mengaku hendak ke Makassar. Dia mengaku terpaksa ikut rombongan pengungsi tujuan Mamasa yang kebetulan menjadi sanak tetangga mereka di Palu.
Menurut dia, daripada stres memikirkan rumahnya yang hancur, Zandi dan keluarga memilih mengungsi sementara sambil berpikir ulang memulai kembali hidup selanjutnya dari nol.
Karena tak ada sanak keluarga yang menjemput dan menyediakan angkutan pengungsi tujuan Makassar, Zandi memilih ikut menumpang dengan pengungsi tujuan Mamasa.
“Daripada tambah stres di tengah tumpukan reruntuhan bangunan, lebih baik saya ikut mengungsi menenangkan pikiran sementara. Saya sekarang lagi berusaha menghubungi keluarga agar bisa datang menjemput kami di Mamasa,” ungkap Zandi.
Selain itu, menurut Zandi, jarak Mamasa ke Makassar yang menjadi tujuannya relatif lebih dekat ditempuh daripada dia terus bertahan di lokasi bencana yang membuat diri dan keluarga makin stres.
Dia sendiri mengaku bersyukur kepada Tuhan karena bisa menyelamatkan diri dan keluarganya saat gempa dan tsunami menyapu desa mereka.
Kordinator Tim Relawan Kemanusiaan Mamasa, Marthinus Tiranda, mengatakan, hingga kini masih banyak warga Mamasa di daerah gempa yang membutuhkan makanan dan pakaian.
Masih banyak pula, lanjut dia, korban gempa asal Mamasa yang ingin pulang dari Palu dan Donggala. Namun, mereka belum bisa mengangkut sekaligus seluruh korban yang hendak pulang ke Mamasa karena kekurangan armada.
Baca: Jokowi Kecam Penyebaran Berita Hoaks Gempa dan Tsunami di Sulawesi Tengah
“Masih banyak saudara-saudara kita asal Mamasa yang membutuhkan bantuan di pengungsian. Mereka hendak mengungsi tetapi tidak ada sarana angkutan,” tutur Marthinus.
Gelombang pengungsi tahap kedua tujuan Mamasa ini disambut hangat oleh aparat Pemda. Para pengungsi ini kemudian dijemput oleh keluarganya masing-masing untuk diantar ke kampung halaman mereka.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perjuangan Para Korban Gempa yang Mengungsi, yang Penting Keluar dari Palu"