Kini Sudah tidak Ada Lagi Ikan Arwana di Danau Sembuluh
Dimas menguraikan terdapat tujuh pabrik yang ada di sekitar anak sungai yang bermuara di Danau Sembuluh.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Walhi Kalimantan Tengah, Dimas Hartono mengatakan sejak awal 2006, masyarakat di sekitar danau sudah mengeluhkan adanya perbedaan kondisi air di Danau Sembuluh.
Hal itu, kata dia, kemungkinan besar adanya pembuangan limbah dari pabrik-pabrik pengolahan kelapa sawit yang berada di sekitar anak sungai.
Bahkan menurutnya, dulu banyak sekali Ikan Arwana yang hidup di dalam danau.
"Sudah tidak ada lagi ikan Arwana di Danau Sembuluh. Padahal, dulu sebelum ada pabrik pengolahan kelapa sawit, nelayan di sekitar danau itu ekonominya dari situ. Sekarang, ikan lain juga sudah pada mati," jelasnya kepada Tribun saat dihubungi.
Baca: Makan Malam Ratusan Dolar di Singapura, Nagita dan Raffi Satu Meja Bareng ART Jadi Sorotan
Dimas menguraikan terdapat tujuh pabrik yang ada di sekitar anak sungai yang bermuara di Danau Sembuluh.
Laporan dari masyarakat, setidaknya terdapat beberapa titik pipa besar yang membuang limbah ke sungai.
Tetapi, pihaknya masih belum mengetahui apakah limbah itu hasil pembuangan dari perusahaan yang saat ini ditangani oleh KPK atau bukan.
Baca: Tol Suramadu Gratis Agar Angka Kemiskinan di Madura Turun
"Kami masih harus mendalami itu lagi. Sementara laporan masih ada beberapa titik yang pembuangan ke sungai," ungkapnya.
Belum sampai disitu, masyarakat juga mengeluhkan adanya beberapa penyakit seperti gatal-gatal, airnya sudah tidak layak minum dan hal lainnya, sejak 2006 hingga laporan terakhir 2017.
"Keluhan yang sama setiap tahun," imbuhnya.
Dia juga mempertanyakan hasil uji laboratorium yang hingga saat ini tidak dirilis secara resmi.
Pemerintah, lanjut dia, hanya mengatakan Danau Sembuluh sama sekali tidak tercemar. Baginya, hal ini bertentangan dengan keadaan yang terjadi di warga sekitar Danau.
"Jangan-jangan hanya klaim sepihak saja? Buktinya, sekarang diangkut KPK. Hasil labnya juga sampai sekarang, kami tidak tahu," kata Dimas.
Dengan adanya kejadian ini, Walhi berharap adanya evaluasi besar-besaran izin sawit, tambang dan lainnya di Kalimantan Tengah.