Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Keluarga Korban Lion Air JT 610 Harus Pindah Hotel Karena Trauma

Santi dan Bambang adalah orang tua dari penumpang Lion Air JT 610 yang menjadi korban kecelakaan pesawat

Penulis: Gita Irawan
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Keluarga Korban Lion Air JT 610 Harus Pindah Hotel Karena Trauma
Gita Irawan/Tribunnews.com
Santi Purnamaningrum 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Santi Purnamaningrum menangis dan bersandar ke bahu suaminya, Mochamad Bambang Sukandar usai Konferensi Pers Proses Evakuasi Lion Air JT 610 di Hotel Ibis Cawang pada Senin (5/11/2018).

Santi dan Bambang adalah orang tua dari penumpang Lion Air JT 610 yang menjadi korban kecelakaan pesawat tersebut pada Senin (29/11/2018) lalu, Panky Pradana Sukandar.

Santi mengatakan dirinya dan keluarga memilih tidak menginap di Hotel Ibis, Cawang Jakarta, tempat yang difasilitasi maskapai Lion Air untuk keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610.

Ia dan keluarga memilih menginap di Hotel Kaisar, Kalibata karena trauma.

Hotel Ibis hanya digunakannya sebagai base camp untuk tempat menunggu dan mencari infromasi.

"Saya nggak nginep di sini, saya trauma di sini. Saya di Hotel Kaisar Kalibata. Di sini banyak orang yang seperti saya, jadi selalu teringat. Jadi memilih menginap di hotel yang lebih tenang," kata Santi sambil terisak.

Ia mengatakan, terakhir berkomunikasi dengan anak pertamanya tersebut pada Minggu (28/10/2018).

Berita Rekomendasi

Namun ia tidak kuat menceritakan apa yang ia bicarakan terakhir kali dengan anaknya tersebut.

Baca: Tepis Isu Keluarga Keturunan Tiongkok, Jokowi: Ibu Saya Orang Desa Dari Boyolali

Ketika pertama kali mendengar kabar ada pesawat Lion Air JT 610 pada Senin (29/10/2018) pagi, ia merasa lemas.

"Saya merasa lemas, malemnya baru video call," kata Santi yang kemudian kembali menyandarkan kepalanya di pundak Bambang.

Ia meminta, Kementerian Perhubungan bisa membuat regulasi terkait penambahan maskapai penerbangan pagi hari di kota-kota tertentu.

Itu karena anaknya yang tinggal di Jakarta tak punya pilihan untuk memilih maskapai selain Lion Air.

Santi bercerita, anaknya yang tinggal di Jakarta itu harus naik pesawat pagi dengan Lion Air setiap akan berangkat bekerja ke Bangka Belitung.

Hal itu terus dilakukannya selama sepuluh bulan terakhir sejak Januari 2018 setelah menjadi satu di antara pimpinan Blue Bird di Bangka Belitung.

"Pulang dua minggu sekali, senin berangkat lagi. Karena flightnya cuma itu," kata Santi.

Anaknya tersebut kini telah memiliki seorang istri dan balita umur empat tahun yang tinggal di Jakarta.

Suami Santi, Bambang, pun berulang kali meminta agar wartawan yang mewawancarainya tidak menyebut anaknya sebagai korban.

"Bukan korban ya, penumpang," kata Bambang sambil mengajak istrinya masuk ke dalam hotel.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas